Lockdown Picu Chaos, Rakyat Lapar Menjarah dan Rusuh

EDITOR.ID, Jakarta,- Gara-gara kebijakan Lockdown memicu negeri ini chaos. Warga mulai kelaparan. Kerusuhan terjadi dimana-mana. Warga menjarah supermarket untuk mengambil kebutuhan pokok. Itulah pemandangan yang terjadi di Italia sebagai dampak buruk dari Lockdown.

Pemandangan di Italia ini terjadi pasca pemerintahannya mengeluarkan kebijakan lockdown Corona. Lockdown tidak membuat bertambah baik. Tapi kondisi negeri ini justru kian memburuk. Gara-gara pemerintah menutup akses kegiatan warga terutama kegiatan ekonominya.

Rakyat ltalia lapar dan tak punya uang. Penjarahan besar pun terjadi di mana-mana. Italia benar-benar menderita. Puluhan ribu warganya meninggal dunia gegara virus corona. Lockdown diberlakukan.

Ekonomi hancur. Sekarang warga Italia pun mulai nekat menjarah barang kebutuhan pokok. Para polisi dengan tongkat dan senjata api kini mulai bergerak memberikan perlindungan. Gambaran suasananya kira-kira sama seperti yang dialami Indonesia saat menghadapi krisis ekonomi 1998.

Seperti yang diketahui, Italia merupakan salah satu Negara yang mengambil kebijakan lockdown demi menghentikan penyebaran virus corona (Covid-19). Kebijakan lockdown di Italia sudah dilaksanakan per Senin (16/3/2020) dan diumumkan langsung oleh Perdana menteri Italia Giuseppe Conte.

Namun sepertinya kebijakan lockdown yang dilakukan Italia tidak berjalan dengan baik. Pertama, jumlah kasus positif virus corona di Italia nyaris mencapai 100.000 kasus dan berada di negara kedua dengan jumlah kasus positif tertinggi di dunia.
Per Senin (30/3/2020), dinas perlindungan sipil setempat melaporkan jumlah total kasus virus Corona di negara ini bertambah menjadi 97.689 kasus.
Bahkan ada tambahan 5.217 kasus baru dalam sehari. Dengan total korban meninggal dunia mencapai 10.779 orang.

Kedua, lockdown membuat terjadinya masalah kelaparan. Dalam laporan Sky News pada Minggu (29/3/2020), beredar berbagai video yang memperlihatkan warga putus asa meminta pertolongan karena kekurangan makanan dan uang.

Kerusuhan itu terlihat dari video di Apulia, di mana seorang pria menelepon polisi karena bank tutup. Dia pun tak bisa mengambil uang pensiun ibunya.
Dalam rekaman, pria tersebut berteriak kepada aparat karena satu-satunya pemasukan mereka tidak bisa diambil, dan mengaku keluarganya tak punya uang. Bahkan, ibu laki-laki yang tak disebutkan identitasnya itu meminta polisi datang ke rumahnya, dan melihat bahwa mereka tidak punya uang. “Sudah 15-20 hari kami di rumah saja.”
Virus Corona telah merenggut lebih dari 10.000 jiwa di seluruh negara Mediterania. Sekitar sepertiga dari total jumlah korban di seluruh dunia. Hal ini menciptakan keadaan darurat terburuk di Italia sejak Perang Dunia II. Secara langsung, kondisi itu telah mengikis perekonomian Italia yang merupakan terbesar ketiga di Uni Eropa sebelum serangan Virus Corona.
Lockdown atau karantina yang dirancang untuk meredam penularan telah menutup hampir semua hal di seluruh negeri sejak 12 Maret lalu telah berdampak kepada jutaan warga secara ekonomi. Rasa putus asa dan ketidaksabaran dilaporkan meluap di Sisilia yang merupakan daerah berkembang di Italia.
Di kota lain di Sisilia, Corriere della Sera memberitakan pemilik toko kecil ditekan oleh penduduk sekitar untuk memberi makanan. Corriere menulis bahwa “bom waktu” tengah berdetak di region berpopulasi lima juta, dan mencatat 57 korban tewas karena Covid-19.

Menurut harian La Repubblica, sekelompok penduduk setempat menyerbu salah satu supermarket Palermo tanpa membayar. “Kami tidak punya uang untuk membayar, kami harus makan,” seseorang dilaporkan berteriak ke kasir.

Koran itu menulis tentang “bom waktu sosial” yang berdetak di wilayah yang merupakan rumah bagi sekitar lima juta orang, dan yang secara resmi mencatat 57 kematian dari COVID-19.

“Saya khawatir kekhawatiran yang dibagikan oleh banyak penduduk – tentang kesehatan, pendapatan, masa depan – akan berubah menjadi kemarahan dan kebencian jika krisis ini berlanjut,” Giuseppe Provenzano, Menteri Italia yang mengawasi wilayah selatan, mengatakan kepada La Repubblica.
Polisi dengan pentungan dan senjata telah masuk untuk melindungi supermarket di pulau Sisilia Italia. Hal itu dilakukan usai muncul laporan penjarahan oleh penduduk setempat yang tidak lagi mampu membeli makanan.
Di sisi lain, seorang wartawan AFP juga sempat melihat empat polisi bersenjata menjaga salah satu pintu masuk supermarket Palermo pada Sabtu sore saat hujan tiba.

Mereka berdiri diam, tangan di belakang punggung mereka atau terselip di tali rompi anti peluru mereka, wajah mereka sebagian tersembunyi oleh topeng hijau. Mereka tidak berbicara atau berinteraksi dengan pembeli, kehadiran diam yang tampaknya ditujukan untuk menunjukkan pemerintah masih memegang kendali.

Carmelo Badalamenti, warga setempat yang mendorong troli merah berisi barang belanjaannya, mengecam sikap yang ditunjukkan pelaku. “Melakukan penjarahan di toko bahan kebutuhan pokok tidak akan menyelesaikan apa pun,” ujar dia.

Di Roma, Perdana Menteri Giuseppe Conte sudah menyadari. Karena itu, dalam pernyataan yang ditayangkan televisi Sabtu malam (28/3/2020), dia menjanjikan voucher bagi yang tak bisa membeli makanan.

“Kami tahu kalian menderita. Tapi negara tetap hadir,” tegas dia. Roma mengucurkan dana 400 juta euro (Rp 7,2 triliun) untuk program pangan darurat.
Secara perlahan, lockdown yang sudah berlangsung selama tiga pekan itu sudah menggerus ekonomi terbesar ketiga di Uni Eropa tersebut. Rasa putus asa itu dilaporkan mulai dirasakan oleh penduduk di Region Sisilia, salah satu daerah berkembang di Negeri “Pizza”. (tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: