Kejadian ini bukan yang pertama kali di Tanah Air. Sebelumnya Bukalapak juga mengalami hal serupa. “Seharusnya ini menjadi peringatan keras pada setiap penyedia layanan di internet yang memakai banyak data masyarakat dalam kegiatannya,” ujar Pratama.
EDITOR.ID,Jakarta,-
Sang Pakar keamanan siber sekaligus Chairman Lembaga Riset SIber Indonesia CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) Pratama Persadha melihat peretasan Tokopedia berpotensi menjalar ke akun media sosial dan platform lainnya.
“Akibat peretasan Tokopedia ini bisa menjalar ke akun media sosial dan platform lainnya bila
(pengguna) menggunakan email dan password yang sama,” ujar Pratama saat dihubungi
Antara di Jakarta, Minggu. “Terutama bagi admin akun medsos pemerintah dan lembaga harus cepat melakukan
pengamanan akun sebagai langkah antisipasi,”lanjut dia .
Pratama menjelaskan bahwa kejadian seperti ini harus cepat direspons oleh pihak Tokopedia
dan juga para penggunanya. Karena ancaman penipuan dan pengambilalihan akun bisa terjadi
kapan saja.
“Memang data untuk password masih dienkripsi, namun tinggal menunggu waktu sampai ada
pihak yang bisa membuka. Itulah kenapa pelaku mau melakukan share gratis beberapa juta
akun untuk membuat semacam sandiwara siapa yang berhasil membuka kode acak
pada password,” kata dia. Meski password masih dalam bentuk acak, menurut Pratama, data lain sudah terbuka. Artinya,semua peretas bisa memanfaatkan data tersebut untuk melakukan penipuan dan
pengambilalihan akun-akun di internet. Misalnya mengirimkan link phising maupun upaya social engineering lainnya, karena itu,seharusnya Tokopedia melakukan update dan informasi kepada seluruh penggunanya segera.
“Bila nantinya password sudah berhasil dibuka oleh pelaku, pastinya salah satu yang akan
dilakukan adalah take over akun. Lalu pelaku secara random akan mencoba melakukan take
over akun medsos dan marketplace lainnya, karena ada kebiasaan penggunaan password yang
sama untuk semua platform,” ujar Pratama.
Pratama menggarisbawahi yang bisa dilakukan pengguna Tokopedia adalah
mengganti password dan mengaktifkan OTP (one time password) lewat SMS. Lalu mengganti
semua password dari akun medsos dan platform marketplace selain Tokopedia.
Sementara itu, menurut Pratama, berdasarkan sampel data yang berhasil didapatkan dari
forum, belum ada data kartu kredit maupun debet yang disebar pelaku. Dia berharap data kartu
kredit tidak ikut menjadi salah satu yang berhasil diretas.
Pratama juga meminta Tokopedia untuk bertanggungjawab atas kejadian ini, karena data
penggunanya diambil dan diperjualbelikan.
“Pihak Tokopedia wajib secara berulang-ulang, dengan menggunakan segala sarana media
yang ada, mensosialisasikan apa saja yang harus dilakukan oleh para penggunanya, seperti
ganti password akun dan mengaktifkan OTP, sampai semua penggunanya menyadari
kebocoran ini dan mau mengganti password-nya,” kata Pratama.
Kejadian ini bukan yang pertama kali di Tanah Air. Sebelumnya Bukalapak juga mengalami hal
serupa. “Seharusnya ini menjadi peringatan keras pada setiap penyedia layanan di internet
yang memakai banyak data masyarakat dalam kegiatannya,” ujar Pratama.
Dia menambahkan, penyedia layanan digital harus melakukan penetration test sesering
mungkin untuk mengetahui di mana saja letak celah keamanan.
Pratama juga menekankan bahwa situs marketplace akan selalu menjadi sasaran para peretas
karena banyak menghimpun data masyarakat, terutama kartu kredit, kartu debit dan dompet
digital.
“Perkuat pengamanan sistemnya, investasi lebih banyak untuk cyber security. Penggunaan
enkripsi harus merata terhadap semua data yang berhubungan dengan user, jangan hanya
password seperti saat ini,” jelas Pratama.