EDITOR.ID, Jakarta,- Jiwa ksatria dan berani bertaruh nyawa demi rakyat yang ada pada jiwa Letnan Jenderal (Letjen) TNI Doni Monardo patut diacungi jempol. Sang jenderal tidak sedikitpun gentar atau takut menghadapi ancaman tertular virus korona. Jika memang ia harus menyelamatkan nyawa rakyat Indonesia, jiwa raganya menjadi taruhannya.

Letjen Doni Monardo

Jenderal Doni menegaskan dirinya berada di garis terdepan, siap dan tulus menghadapi resiko ketika mengevakuasi dan melayani kedatangan warga Indonesia dari Wuhan, Tiongkok demi operasi kemanusiaan. Tak sedikitpun jiwanya takut tertular virus atau kematian jika itu demi bangsa, rakyat dan negara Indonesia.

“Menteri Kesehatan dan saya berada di depan, di mana tiba. Artinya kalau mereka sakit dan berisiko tertular, rasanya tidak mungkin Menteri Kesehatan dan Kepala BNPB berada di situ. Tentu ingin menyelamatkan diri,” tegas Jenderal Doni Monardo.

Jenderal Doni pasang badan dan meyakinkan dihadapan ratusan warga Kabupaten Natuna yang berunjuk rasa menolak kedatangan WNI asal Wuhan, Tiongkok yang akan transit di Kepulauan Natuna untuk menjalani observasi kesehatan sebelum berkumpul dengan keluarganya.

Munculnya penolakan sebagian masyarakat Natuna terhadap warga Indonesia yang dipulangkan dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, memang sangat disayangkan. Jiwa patriotik dan budaya nasionalisme bangsa tergerus karena pengaruh lingkungan.

Doni Monardo yang menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan Warga Negara Indonesia (WNI) yang dipulangkan dari Kota Wuhan, tidak terinfeksi virus corona.

“Pemerintah menjamin, WNI yang pulang dari China dalam kondisi sehat, dan prosedur pengamanan dilakukan secara teliti,” kata Doni dikutip dari Antara, Sabtu (01/02/2020).

Sejumlah 250 WNI yang dipulangkan sudah melalui rangkaian proses pemeriksaan kesehatan. Dalam hal ini, apabila terindikasi demam, WNI bersangkutan tidak boleh keluar dari Wuhan.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan, para WNI yang dipulangkan sudah melalui proses pemeriksaan kesehatan yang cukup ketat, dan semua dinyatakan sehat.

“Bahwa saudara-saudara kita dalam kondisi sehat, dan mereka senang akan pulang ke tanah air. Sebelum keberangkatan mereka, serangkaian pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa mereka dalam kosisi sehat. Mengingat situasi ini bukan normal, maka kedisiplinan penanganan. Kedisiplinan dilakukan selama perjalanan, termasuk ketibaan dan pasca ketibaan,” kata Menlu dalam keterangan pers, Sabtu (01/02/2020).

Doni Monardo juga memastikan, setiba di Indonesia, seluruh WNI itu akan diobservasi selama 2 pekan sebelum kembali ke keluarga masing-masing.

“Mereka bukan dikarantina, bukan diisolasi, hanya diberikan penampungan sementara untuk observasi selama 2 minggu,” kata Doni.

Mantan Pangdam III Siliwangi yang pernah dikenal mempelopori pemulihan Sungai Citarum yang divonis internasional, sungai terkotor sedunia itu, meminta masyarakat tidak khawatir karena Kementerian Kesehatan, TNI dan unsur lainnya telah melakukan penanganan dengan standar medis yang sangat cermat.

Sebelum menjabat Kepala BNPB, Letjen TNI Doni Monardo pernah menjabat Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas).

Alumni Akademi Militer (Akmil) 1985 ini menapaki karirnya dengan gemilang karena sejumlah prestasi dalam bekerja. Ia menjabat Panglima Komando Daerah Militer (Pandam) III/Siliwangi sejak 27 Oktober 2017 – 19 Maret 2018. Kala itu tentu pangkatnya baru Bintang 2, Mayor Jenderal.

Doni merupakan Pandam III/Siliwangi ke-41. Dia menggantikan mantan Komandan Kodim 0303/Bengkalis Mayor Jenderal Muhammad Herindra yang saat ini menjabat Inspektur Jenderal TNI (Letjen TNI).

Sebelum menjabat Pangdam III/Siliwangi, Doni terlebih dahulu sebagai Pangdam XVI/Pattimura yang ke-25 (25 Juli 2015-27 Oktober 2017).

Selama menjabat sebagai Pangdam XVI/Pattimura, Doni yang bertugas di Maluku-Maluku Utara ini meraih gelar kehormatan Kota Ambon.

Hal tersebut tertera dalam Surat Keputusan DPRD Kota Ambon Nomor : 16/KPTS/DPRD/2017 tanggal 13 November 2017 Tentang Persetujuan DPRD Terhadap Usulan Pemberian Gelar ‘Warga Kehormatan Kota Ambon’ kepada Mayjen TNI Doni Monardo.

Sedangkan sebelum menjabat Pangdam XVI/Pattimu Doni yang berpengalaman di bidang infantri ini adalah Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ke-27 (5 September 2014-25 Juli 2015). Jabatan strategis ini beralih kepada Doni, dari Mayjen TNI Agus Sutomo.

Sedangkan penggantinya adalah Muhammad Herindra yang digantikkannya Pangdam III/Siliwangi.

Nama Doni Monardo harum ketika ditugaskan Presiden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Wakil Komando Satuan Tugas untuk membebaskan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia.

Atas keberhasilan itu pangkat Doni dinaikkan setingkat menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen)

Bintangnya makin terang ketika menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Dan Paspampres) pada 2012.

Jabatan strategis tersebut diamanatkan usai Doni mengikuti pendidikan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XVIII) di Lemhannas selama empat bulan.

Mantan Danyonif Raider 900/Satya Bhakti Wirottama Kodam IX/Udayana (1999-2001) yang kini berubah menjadi Yonif 741/Satya Bhakti Wirottama ini merupakan Dan Paspampres ke-20 yang dijabatnya 15 Juni 2012-5 September 2014.

Selama bertugas mengawal orang nomor satu di Republik Indonesia, Seskoad (1999) ini sudah mengikuti kunjungan Presiden Indonesia ke 27 negara di dunia.

Jabatan lainnya yang pernah dipercayakan pada Doni yang pernah ditugaskan ke Timor Timur dan Aceh ini diantaranya Danyon-11 Grup-1/Kopassus (1998-1999), Dandenma Paspampres, Wakil Asops Danpaspampres, Danbrigif Linud 3/Tri Budi Sakti (2008), Dan Grup A Paspampres (2008-2010), Danrem 061/Surya Kencana (2010-2011) dan Wadanjen Kopassus (2011-2012). (tim)

Ikuti MONITORNusantara.com di Google News

Sempatkan juga membaca artikel menarik lainnya, di portal berita EDITOR.id dan MediaSosialita.com