Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok – Antara/Muhammad Adimaja
EDITOR.ID, Jakarta,- Dunia politik itu kejam. Kekejaman inilah yang dialami langsung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Gara-gara ia diunggulkan publik untuk menjadi calon petahana Gubernur DKI, serangan politik datang bertubi-tubi dan tidak tampak siapa yang menyerangnya.
Puncaknya ketika ia tak sengaja salah bicara. Kesalahan inilah yang dimanfaatkan lawan politik saat itu untuk menghancurkan karir politiknya bahkan keluarganya. Maka bak bola salju menggelinding. Video Ahok yang kepleset bicara viral dan menyebar kemana-mana.
Viralnya video Ahok yang mencoba memahami ayat Al Maidah 51 tentang kepemimpinan dipelintir sebagian kalangan sebagai isu penistaan agama. Isu ini makin liar dan terus menekan Ahok. Bahkan informasi yang tak utuh beredar massif dan viral yang membuat kebencian massa semakin meluas.
Endingnya bisa ditebak. “Sang penyerang” Ahok menang. Opininya berhasil ditelan mentah-mentah publik dan menjadi dosa besar bagi mantan Gubernur DKI Jakarta ini yang sebenarnya kurang memahami ajaran agama tertentu.
Hakim pun menghadiahi Ahok hukuman dua tahun penjara. Begitu dirinya dijebloskan ke penjara, semua hartanya habis. Tak hanya harta. Keluarga Ahok juga hancur karena ia bercerai dengan istri yang selama ini menemaninya berjuang, Veronica Tan.
Ahok semakin terkuras hartanya terutama dengan adanya kasus perceraian. Karena hartanya sudah ia wariskan semua ke putra putrinya. Kendati demikian, banyak temannya yang menaruh perhatian, dengan memberikan bantuan untuk Ahok dan anak-anaknya.
“Banyak teman yang mau bantu saya, tapi tidak ada yang berani pekerjakan saya. Karena takut disebut menerima penista agama,” kenang Ahok saat diskusi Titik Balik Dari Penjara di gedung Tempo, Palmerah, Jakarta, Senin (17/2/2020)
Ahok mengaku sempat stres berat usai keluar dari penjara dalam kasus penodaan agama.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula, dia menyebut setelah bercerai dengan Veronica Tan, dirinya tak lagi bergelimang harta, karena telah diwariskan semua kepada anaknya.
“Perceraian bagi saya itu hal yang merugikan, reputasi hancur, harta habis. Saya keluar mau tinggal di mana. Semua rumah, mobil, dikasih ke anak. Emaknya masih boleh tinggal lagi, masih harus hidupin (anak) lagi,” papar Ahok dengan wajah serius mengenang masa titik nadirnya.
Ahok menceritakan semasa dirinya menjabat sebagai Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, dia sempat ditanyakan oleh salah satu rekannya mengenai penghasilan selama satu tahun duduk di kursi DKI-2.
Ahok mengatakan saat itu dia mengandalkan penuh pemasukan utuh dari posisi yang dia emban. Begitu naik jabatan menjadi DKI-1, dia mengaku penghasilannya malahan menurun.
“Saya bisa simpan 1 miliar-lah dalam setahun jadi Wagub. Begitu saya naik jadi Gubernur, turun jadi 800 juta,” katanya.
Selain itu, Ahok juga mengaku selama menjadi pejabat publik dia tidak pernah menggunakan kendaraan pribadi. Sebab, dia mendapatkan mobil dinas untuk bekerja sehari-hari menuju Balai Kota Jakarta.
“Karena saya enggak pernah punya mobil pribadi waktu itu, karena ada mobil dinas, ngapain (pakai) mobil pribadi. Ketika anak lulus kuliah, saya beli Rp 500 juta, beli di teman saya, (mobil) robicon jarang dipakai,” ujarnya.
Tapi semua hartanya itu baik mobil maupun rumah habis saat ia harus mendekam dipenjara akibat hukuman yang harus ia jalani. Dan hukuman tersebut sebenarnya penuh nuansa pertarungan politik identitas saat itu. Karena kemudian muncul opini seolah pemimpin yang bukan dari kelompok agama yang sama dianggap tidak sah. (tom)