EDITOR.ID, Uni Afrika dilaporkan tengah melakukan diskusi lanjutan dengan pemerintah Madagaskar untuk mencari tahu tentang minuman herbal yang belum lama ini diklaim Presiden Andry Rajoelina sebagai kemungkinan obat corona COVID-19.
Commissioner for Social Affairs Uni Afrika, Amira El Fadil, sebagaimana dilansir South China Morning Post, telah rapat bersama duta besar Madagaskar di Addis Ababa, Ethiopia pada 30 April 2020.
Berdasarkan pertemuan tersebut, kedua belah pihak menyepakati bahwa informasi lebih lanjut diperlukan perihal minuman herbal yang disebut Covid-Organics tersebut.
“Setelah mendapat data lebih lanjut, Pusat Pengendali dan Pencegah Wabah Afrika akan mengulas data secara ilmiah dan mengumpulkan perihal keamanan konsumsi Covid-Organics,” begitu bunyi keterangan resmi tersebut.
Pada Kamis, 7 Mei 2020, direktur wilayah World Health Organisation (WHO) untuk Afrika, Matshidiso Moeti, sempat mengatakan, agensi Uni Afrika menyarankan pemerintah Madagaskar meneliti lebih jauh tentang minuman diklaim sebagai obat corona COVID-19 tersebut, tapi juga mau berkolaborasi dengan mereka.
“Kami akan memperingatkan negara-negara yang menggunakan produk belum melalui tes klinis terkait keamanan dan efisiensi,” tuturnya.
Covid-Organics pertama kali diperkenalkan pada 20 April oleh Presiden Madagaskar Andry Rajoelina yang mengatakan produk tersebut terbuat dari bahan biasa dibuat untuk mengobati malaria dan beberapa tumbuhan lokal lain.
Ia mengklaim, minuman herbal tersebut telah dites dan terbukti efektif mengobati COVID-19, serta telah direkomendasikan untuk tonik, bahkan bagi anak-anak sekolah. Sejak itu, Rajoelina telah memasarkan produk tersebut ke berbagai wilayah di Afrika.
Sementara, para ahli medis mengaku khawatir akan konsumsi minuman tersebut, termasuk efek samping yang belum diketahui secara klinis.
WHO mengeluarkan pernyataan bahwa sampai saat ini belum ada obat yang menunjukkan reaksi mencegah maupun mengobati infeksi virus corona baru.
Artemisia annua, salah satu tumbuhan herbal di minuman tersebut memang tengah dipertimbangkan sebagai obat COVID-19. Kendati, konsumsinya masih harus menunggu penelitian lebih lanjut. (Tim)