Jakarta, MONITORNUSANTARA.COM,- Pemeriksaan terhadap keluarga dan kekasih Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigjen J, banyak mengungkap kisah pilu dan misteri dibalik kematian sang polisi ajudan petinggi Polri itu.
Sebagaimana diketahui Brigadir J tewas dikabarkan karena terlibat adu tembak dengan Bharada E di rumah Kadiv Propam nonaktif Irjen Pol Ferdy Sambo. Namun banyak kejanggalan ditemukan dalam kasus ini sehingga Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo terpaksa harus membentuk Tim Khusus untuk mengusut dibalik kasus tembak menembak ini.
Yang menarik dalam pengungkapan kasus ini, konon kabarnya sebelum tewas terkena tembakan peluru sampai lima kali, Brigadir Joshua sempat diancam. Korban bahkan sampai menangis dan menelepon ibunya. Korban minta ibunya tak menghubunginya dalam 7 Jam. Ada apakah gerangan?
Hal ini dibeber Kuasa hukum keluarga Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat, Kamaruddin Simanjuntak kepada wartawan. Ia menceritakan Brigadir Joshua diancam beberapa hari sebelum meninggal dunia.
Gara-gara Brigadir Joshua diancam, adiknya Bripda LL Hutabarat diminta pindah dari tempat tugasnya di Mabes Polri ke Jambi.
Kamaruddin Simanjuntak menyebut Brigadir Joshua menangis saat menelepon ibunya. Ia mengaku diancam dan meminta agar adiknya segera dipindah dari Mabes Polri.
“Begitu berat ancaman yang diterima Josua sampai Josua dalam telepon itu menangis,” ujar Kamaruddin sebagaimana dilansir dari disway.id, Senin (23/7/2022).
Menurut catatan pengacara, ancaman itu datang sejak bulan Juni. Sampai berhari-hari. Pun sampai sehari sebelum kematiannya.
Josua terus curhat mengenai ancaman itu ke ibunya. Baik lewat telepon maupun WA. Sampai sehari sebelum kematiannya Josua masih menelepon sang ibu.
Bahkan jam 10.58 tanggal 8 Juli itu Josua masih menelepon ibunya dari Magelang.
Dalam pembicaraan telepon terakhir itu Josua mengatakan segera berangkat dari Magelang ke Jakarta.
Ia minta agar keluarga tidak menghubunginya. Kalau sang ibu mau menghubungi setelah tujuh jam kemudian saja.
Pagi itu Josua juga bicara dengan ibunya soal rencana kepergian Irjen Pol Ferdy Sambo ke Balige.
“Saya akan minta izin bapak untuk bisa ikut ke Balige,” ujar Josua seperti ditirukan pengacara.
Waktu ditelepon Josua itu sang ibu lagi berada di Balige. Bersama suami dan dua putrinya. Yakni ke makam kakek-nenek Josua dari pihak ibu.
Dari Balige mereka menuju Padang Sidempuan. Perjalanan 6 jam. Ke makam kakek-nenek Josua dari pihak ayah.
Di Padang Sidempuanlah mereka menerima kabar Josua tewas.
Kesaksian Pacar Brigadir Joshua
Kesaksian pacar Brigadir Joshua atau Brigadir J, Vera Simanjuntak mengungkap bahwa Brigadir J menerima ancaman pembunuhan. Ancaman itu terjadi seminggu sebelum Brigadir Joshua tewas.
Cerita Vera Simanjuntak ini diungkap oleh pengacara Vera yaitu Ramos Hutabarat. usai mendampingi Vera menjalani pemeriksaan di Polda Jambi, Minggu (24/7/2022)
Ramos mengaku mendapat cerita langsung dari Vera terkait ancaman pembunuhan terhadap Brigadir Joshua. Ancaman itu diterima Brigadir Joshua sepekan sebelum tewas.
“Kalau untuk ceritanya itu (ancaman pembunuhan), jadi memang ada diceritakan, tetapi sejak kapannya itu ada sekitar satu minggu-an lah ada pembicaraan-pembicaraan yang memang mengarah ke sana,” kata Ramos Hutabarat kepada wartawan usai mendampingi Vera menjalani pemeriksaan di Polda Jambi, Minggu (24/7/2022).
Ramos mengatakan percakapan terakhir antara Vera Simanjuntak dan Brigadir J terjadi pada Jumat (8/7) sekitar pukul 16.43 WIB.
Sementara klaim pihak kepolisian, Brigadi Joshua tewas pada Jumat (8/7) sekitar pukul 17.00 WIB di rumah Kadiv Propam nonaktif Irjen Ferdy Sambo.
“Terakhir percakapan itu pada pukul 16.43, hari Jumat tanggal 8 Juli,” ujar Ramos Hutabarat.
Sebelumnya, kuasa hukum keluarga Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir Joshua, Kamarudin Simanjuntak mengklaim telah menemukan rekaman elektronik terkait dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Joshua.
Dalam jejak digital yang ditemukan Kamarudin Simanjuntak itu, Brigadir Joshua terlihat ketakutan dan menangis.
Kamarudin menyebut rekaman elektronik atau jejak digital yang menunjukkan Brigadir Joshua ketakutan dan menangis itu terjadi pada Juni 2022 lalu.
“Itu rekaman elektronik teknisnya akan kami ungkap nanti,” kata Kamarudin, Minggu (24/7/2022).
“Satu hal yang perlu diinformasikan adalah kami sudah menemukan jejak digital dugaan pembunuhan berencana, artinya ada rekaman elektronik,” tegas Kamarudin pengacara keluarga Brigadir Joshua ini. tim)