Jakarta, MONITORNUSANTARA.COM – Pasokan darah di Palang Merah Indonesia (PMI) yang diperoleh dari berbagai instansi kembali normal setelah sempat menurun drastis akibat pandemi COVID-19.
“Kurang dari 50 persen tempat donor, di kota besar turun. Akibat COVID-19 orang tidak berani keluar rumah dan tidak berani berinteraksi ke tempat-tempat donor maka pasokan darah berkurang,” ujar Sekretaris Jenderal PMI Pusat Sudirman Said saat menjadi pembicara pada Podcast Antara di Jakarta, Rabu (27/7).
Namun, ia bersyukur karena dalam waktu tidak terlalu lama pasokan darah di PMI kembali normal. Kolaborasi PMI dengan instansi pemerintah seperti TNI, Polri, dan para ASN menjadi salah satu faktor pasokan darah kembali meningkat.
“Kita bersyukur dalam waktu tidak terlalu lama persediaan kembali normal, apalagi sekarang orang sudah mulai melakukan kegiatan,” tuturnya.
Ia mengemukakan, ketersediaan darah untuk donor secara ideal adalah dua persen dari jumlah penduduk.
Dengan demikian, lanjut dia, jika jumlah penduduk Indonesia sebanyak 260 juta maka idealnya dibutuhkan darah sekitar 5,2 juta kantung darah.
“Alhamdulillah bisa kita penuhi 95 persen, selebihnya adalah donor pengganti,” tuturnya.
Ia mengatakan, donor darah pengganti itu biasanya pendonor adalah anggota keluarga atau kerabat pasien.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa pihaknya akan memperketat pengawasan kualitas darah dari pedonor untuk mengantisipasi darah terkontaminasi penyakit seperti yang ditemukan di Surabaya, Jawa Timur.
“Itu temuan PMI, sebagai bagian kontrol dari kualitas,” katanya.
Ia mengakui dari 250 Unit Transfusi Darah (UTD) di Tanah Air, masih ada yang belum bersertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Untuk menyiasatinya, UTD tersebut menginduk kepada unit yang sudah memiliki CPOB.
“Masyarakat tidak perlu cemas karena itu bagian kerja kami untuk meyakinkan kualitas dan keamanan darah terjaga,” katanya.***