Jakarta, MONITORNUSANTARA.COM- Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Atal S. Depari mengharapkan segenap insan pers Indonesia dapat tetap menjaga independensi di tengah tahun politik dan penyelenggaraan Pemilu 2024.
“Seperti diketahui tahun 2023 ini, Indonesia memasuki tahun politik. Pers juga menjadi bagian dari persaingan politik dari pemilihan presiden dan pemilihan legislatif akan berlangsung serentak pada tahun 2024 mendatang. Tentu, kami berharap, pers Indonesia tetap bebas, tetap menjaga independensinya di tengah hiruk pikuk para buzzer politik,” ujar Atal.
Hal tersebut dikemukakannya saat menyampaikan pidato sambutan dalam seminar internasional bertajuk Disrupsi Digital dan Tata Ulang Ekosistem Media yang Berkelanjutan, sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube International Seminar and Press Councils Delegation, di Jakarta, Selasa, yang dikutip Antara.
Di samping itu, dalam seminar yang digelar oleh Confederation of ASEAN Journalist (CAJ), PWI, dan BBC Media Action tersebut, Atal juga berharap di tengah pesta demokrasi pada tahun 2024, kebebasan pers di Tanah Air masih tetap terjaga dalam koridor kode etik jurnalistik. Dengan demikian, lanjut dia, seluruh insan pers dapat mengambil peran dalam mewarnai demokrasi yang bermartabat.
Atal lalu mengajak seluruh insan pers Indonesia untuk memanfaatkan semangat Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2023 yang mengangkat tema Pers Bebas, Demokrasi Bermartabat dalam menjaga independensi serta kebebasan mereka.
“Mari kita juga memanfaatkan semangat hari pers nasional 2023 yang kali ini mengambil tema ‘Pers Bebas, Demokrasi Bermartabat’,” ucap Atal.
Sebelumnya dalam kesempatan yang sama, Atal juga berharap peringatan Hari Pers Nasional Tahun 2023 dapat menjadi semangat bagi insan pers untuk melahirkan beragam solusi demi terwujudnya keuntungan bersama antara penerbit atau pengelola media dan platform digital.
Saat ini, menurut dia, kerja sama di antara penerbit atau pengelola media dan platform digital cenderung bersifat berat sebelah.
“Fakta-fakta menunjukkan bahwa kerja sama penerbit dengan platform digital adalah bentuk hubungan yang cenderung berat sebelah, bahkan tidak ada kerja sama yang win-win (menghasilkan keuntungan bersama). Platform digital lebih banyak mengendalikan, penerbit lebih banyak dikendalikan,” ucapnya.
Di samping itu, platform digital juga dapat secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu mengubah sistem algoritma dengan dampak serius terhadap distribusi konten dan mode konten berbayar dari penerbit.***