Inilah Kriteria Calon KSAL: Korps Pelaut dan Pernah Pimpin Kapal Perang

Inilah Kriteria Calon KSAL: Korps Pelaut dan Pernah Pimpin Kapal Perang
Presiden Joko Widodo meninjau KRI Imam Bonjol 383 usai memimpin rapat rapat terbatas tentang Natuna di atas kapal perang tersebut saat berlayar di perairan Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (23/6). KRI Imam Bonjol adalah kapal yang digunakan Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) untuk menangkap kapal Cina yang diduga menangkap ikan di perairan Natuna beberapa waktu lalu. ANTARA FOTO/Setpres-Krishadiyanto/aww/16.

Jakarta, MONITORNUSANTARA.COM,- Pengamat militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyebutkan sosok jenderal bintang tiga yang layak menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) harus memenuhi kriteria tertentu. Sebaiknya korps pelaut dan pernah memimpin kapal perang.

“Selama ini lazimnya KSAL diisi oleh perwira tinggi dari Korps Pelaut. Yakni figur yang punya pengalaman memimpin kapal perang dan pernah menjadi pemimpin armada,” ujar Khairul Fahmi dalam paparanya di Media Sosial Tik Tok yang beredar luas.

Hal ini dipaparkan Khairul Fahmi menjawab pertanyaan kriteria seperti apa yang pantas untuk menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) seiring dengan kosongnya jabatan itu lantaran pencalonan Laksamana Yudo Margono sebagai Panglima TNI.

Namun belakangan ada harapan bahwa perlu ada kesetaraan kesempatan untuk korps-korps lain.

“Memang belakangan ada harapan bahwa perlu ada kesetaraan kesempatan untuk korps-korps yang lain. Tapi menurut saya itu masih sulit untuk direalisasikan,” ujarnya.

Khairul berpendapat kenapa kriteria calon Kepala Staf Angkatan Laut harus berasal dari korps pelaut. “Karena dia akan melakukan pembinaan kekuatan laut, kemampuan serta terkait dengan operasi laut. Kalau menurut pandangan saya dia harus berasal dari korps pelaut,” tegas Khairul.

Kenapa harus pengalaman pernah memimpin armada?

“Karena dalam memimpin operasi laut itu sebenarnya harus terampil, artinya seorang pemimpin armada. Dia harus mampu mengendalikan operasi dan pemetaan diatas permukaan, dibawah permukaan, di udara termasuk juga kalau kita bicara operasi pendaratan,” paparnya.

Ada empat operasi laut yang dia kendalikan. Pertama diatas permukaan, kedua dibawah permukaan, ketiga di udara dan keempat pasukan.

“Dan kalau bicara kepemimpinan dia bisa melakukan pembinaan kemampuan dan kekuatan TNI AL serta ketrampilan empat hal itu. Jadi kenapa dia harus berlatar belakang pelaut. yakni pernah memimpin armada,” ujar Khairul.

Kenapa Harus dari Korps Pelaut, Apakah Korps lain Tak Punya Peluang?

“Ya hal tersebut belakangan ini banyak jadi pertanyaan. Seperti, kenapa harus dari korps laut, kenapa bukan dari korps lain atau marinir yang merupakan pasukan elit angkatan laut,” kata Khairul.

Khairul pun meluruskan pandangan soal korps pelaut di tubuh Angkatan Laut.

“Nah ini yang perlu diluruskan ya.Kita harus ingat bahwa Angkatan Laut, Angkatan Udara itu berbeda dengan Angkatan Darat,” katanya.

“Kalau di Angkatan Darat itu kan konsep pertempurannya akan bertumpu pada kekuatan infanteri. Makanya nya tamtama AD banyak Angkatan Darat berasal dari Infanteri. Seperti misalnya Kopassus. Bisa dikatakan sebagai pasukan elit,” tambahnya.

Namun menurut Khairul, sebaliknya di Angkatan Udara dan Angkatan Laut yang lebih pas disebut elit itu ya korps pelaut.

Kenapa?

“Karena dia memimpin kapal dan dia sangat memahami empat bentuk operasi laut itu. Sebagai pimpinan kapal dan pimpinan armada. Misalnya dia adalah nahkoda kapal perang atau pilot pesawat tempur itu yang jelas dia itu bisa memahami konsep operasi laut, operasi udara,” katanya.

Menurut Khairul, disini karena kita pembahasannya adalah falsafah angkatan laut. Maka yang pantas untuk memimpin angkatan laut adalah prajurit atau perwira tinggi yang pernah atau berasal dari pelaut. Karena pelaut itu berada di armada pemukul. Satuan pemukul.

“Satuan pemukul itu apa? di kapal perang itu ada freegate, ada korvet ada kapal selam atau kapal cepat rudal (KCR), itu satuan pemukul. Nah kalau dia pernah bertugas disini, nah itu sebenarnya satuan kapal elitnya,” paparnya.

Selainjutnya, Khairul berbicara ihwal situasi pertahanan laut di Indonesia yang akan menghadapi banyak tantangan.

“Pertahanan laut kita masih menghadapi tantangan. Antara lain soal keterbatasan dan usia alutsista, potensi gangguan keamanan dan kejahatan transnasional yang harus diatasi sebagai dampak dari luasnya perairan dan banyaknya pulau dalam wilayah kedaulatan.”

“Sebagai pembina kekuatan dan kemampuan, fokus KSAL, ya mestinya berkaitan dengan upaya memelihara dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, baik dari sisi SDM, sarana-prasarana, maupun dari sisi kesiapsiagaan tempur dari alutsista yang dimiliki,” ujarnya.

Pengamat Militer Ungkap Kandidat Kuat Calon KSAL

Sebelumnya Khairul mengungkap ada tiga sosok perwira bintang tiga yang berpotensi sebagai kandidat kuat calon KSAL. Calon yang berpotensi tersebut memiliki masa aktif yang masih relatif panjang.

“Kalau dari sisi usia, menurut saya ada tiga pejabat bintang tiga yang layak untuk menjadi kandidat KSAL. Pertama Panglima Komando Armada RI Laksdya Heru Kusmanto, Komandan Kodiklatal Letjen Marinir Soehartono dan Pangkogabwilhan I Laksdya Muhammad Ali,” ujar Khairul Fahmi, Rabu (30/11/2022).

Ketiganya, memiliki masa aktif cukup panjang, yaitu hingga 2024 dan 2025.” imbuhnya.

Khairul berpendapat masa aktif penting menjadi pertimbangan untuk memberikan ruang dan waktu yang lebih longgar bagi pejabat KSAL dalam menjalankan agenda-agenda pembinaan kemampuan dan kekuatan TNI AL ke depan.

“Penggantian KSAL itu sepenuhnya mekanisme internal TNI melalui dan hak prerogatif presiden. Jadi presiden akan memilih dari setidaknya tiga nama yang dinilai layak,” ucapnya.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno sebelumnya mengatakan Presiden Jokowi secepatnya bakal menyiapkan sosok yang bakal mengisi jabatan calon KSAL.

“Tapi nanti secepatnya, tentu saja pak presiden sudah menyiapkan saya rasa di beberapa calon,” kata Pratikno, Senin (28/1/2022).

Perwira tinggi yang biasanya menduduki jabatan KSAL menggantikan pendahulunya merupakan jenderal bintang tiga atau berpangkat Laksamana Madya (Laksdya) atau Letjen (Mar) bila berasal dari Korps Marinir.

Perwira yang ditunjuk nantinya akan dinaikkan pangkatnya menjadi bintang empat atau laksamana.

Saat ini, setidaknya terdapat sembilan perwira tinggi dengan pangkat bintang tiga di matra TNI Angkatan Laut.

Usia mereka antara 55 hingga 57 tahun dan lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) rentang tahun 1987-1989.

Mereka adalah Wakil KSAL Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono, Pangkoarmada RI Laksamana Madya TNI Herru Kusmanto, Komandan Pushidrosal Laksamana Madya TNI Nurhidayat.

Selanjutnya Komandan Kodiklatal Letjen TNI (Mar) Suhartono, Irjen TNI Letjen TNI (Mar) Bambang Suswantono, Pangkogabwilhan I Laksamana Madya TNI Muhammad Ali, Kepala Bakamla Laksamana Madya TNI Aan Kurnia, Sekjen Wantannas Laksamana Madya TNI Harjo Susmoro, dan Rektor Unhan Laksamana Madya TNI Amarulla Octavian. (tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *