Oleh : Edi Winarto
Penulis Praktisi Hukum
Motif dibalik pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J masih terus menjadi misteri meski otak pelaku telah mengakui perbuatannya. Banyak versi dimunculkan, baik dari pengacara keluarga Brigadir J maupun otak dari pelaku pembunuhan, Irjen Pol Ferdy Sambo.
Dalam pengakuannya mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (DivPropam) Polri ini mengaku perbuatan keji itu dilakukan atas dasar marah saat mendengar laporan dari istrinya Putri Candrawathi yang mendapat perlakuan yang melukai harkat martabat keluarga terjadi di Magelang
Namun Sambo tidak menyebut secara detil apa perbuatan Brigadir J yang melukai perasaan harkat martabat itu.
Yang pasti emosi itu muncul sudah sejak adanya laporan istrinya di Magelang. Hingga akhirnya, berdasarkan pengakuannya, Ferdy Sambo memanggil Bharada E dan Bripka RR untuk membunuh Brigadir J.
Kemudian banyak yang mengkaitkan peristiwa pembunuhan itu dengan kemungkinan adanya sebab akibat pelecehan seksual.
Namun Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Agus Andrianto telah menganulir tuduhan ada dugaan pelecehan seksual oleh Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat terhadap Putri Candrawathi. Pelecehan seksual besar kemungkinan tidak terjadi.
Penulis sepakat dengan keterangan Kabareskrim Komjen Pol Agus Andrianto bahwa dalam kasus ini sangat kecil sekali kemungkinan disebabkan oleh adanya pelecehan seksual. Nafsu membunuh dari sang otak pelaku, bukan hanya soal pelecehan tapi ada motif lain yang masih teka-teki.
Kenapa penulis berasumsi demikian? Karena pengakuan Ferdy Sambo soal melukai harkat martabat keluarga bagi penulis justru menimbulkan banyak pertanyaan dan penuh kejanggalan.
Pertama jika Ferdy Sambo merasa perasaannya dilukai karena laporan istrinya PC di Magelang Jawa Tengah. Semisal mungkin karena pelecehan.
Muncul pertanyaan kritis kita. Kenapa Ferdy Sambo justru membiarkan istrinya pulang ke Jakarta sendirian diantarkan oleh Brigadir J dan para ajudan.
Karena jika Ferdy Sambo sangat mencintai istrinya dan kebetulan acara di Magelang adalah merayakan Ulang Tahun Pernikahan, mereka harusnya makin lengket. Pulang bersama.
Tapi pertanyaan yang menggelayuti dari publik, kenapa dari Magelang terkesan “tidak akur”. Ferdy Sambo tanpa rasa perhatian sebagai suami justru meninggalkan istrinya pulang sendirian. Ferdy lebih memilih naik pesawat sendirian.
Seharusnya Ferdy Sambo mengajak istrinya PC pulang dengan naik pesawat ketimbang pulang sendiri-sendiri. Ada apa?
Pertanyaan dan rasa penasaran lainnya yang juga harus ditelusuri bagi penyidik adalah perilaku psiko yang aneh. Hal tersebut bisa disaksikan dari kondisi wajah mereka sepulang dari Magelang.
Dari CCTV resmi yang disiarkan oleh CNN Indonesia terlihat seperti tak ada unsur marah atau wajah marah dari semua pelaku, saksi dan korban.
Saat penulis menganalisis CCTV rekaman suasana kepulangan Ferdy Sambo, Ibu Putri Candrawathi, dan para ajudan yang memperlihatkan suasana normal.
Ferdy Sambo terlihat datang lebih awal di rumahnya melalui pintu garasi yang diikuti tim pemeriksa tes PCR. Kebetulan hari itu keluarga Ferdy Sambo sedang melakukan tes PCR di kediaman pribadi.
Beberapa saat kemudian datang mobil rombongan yang membawa ibu Putri Candrawathi tiba dan langsung masuk garasi. Tampak Putri Candrawathi masuk ke dalam rumah tanpa ekspresi apapun.
Kemudian masuk para ajudan Ferdy Sambo. Mulai dari Bharada E kemudian muncul Brigadir J. Semua wajahnya biasa, tidak tegang. Para ajudan dengan santai memasukkan tas milik Putri Candrawathi.
Detik demi detik suasana itu terekam dalam CCTV. Setelah itu Putri Candrawathi bersama Brigadir J menuju rumah dinas dan diikuti juga Ferdy Sambo. Dan selanjutnya di detik berikutnya mereka balik dari rumah dinas tapi sudah tidak terlihat lagi Brigadir J.
Yang harus diperhatikan serius kenapa tiba-tiba dalam hitungan jam, Putri Candrawathi berganti baju piyama. Ada maksud apa?
Misteri sesungguhnya disini dalam hitungan sekitar satu sd dua jam sedang terjadi apa di rumah dinas pak Ferdy Sambo saat itu.
Hingga publik makin dibuat rasa penasaran. Namun jika kita mau menyambung benang merah dari satu penjelasan ke penjelasan selanjutnya akan terajut sedikit petunjuk.
Pertama, saat Menko Polhukam Mahfud MD buka suara bahwa soal motif itu adalah konten untuk orang dewasa. Sangat sensitif.
Kedua, pernyataan Pak Mahfud MD makin mendekati kebenaran ketika saksi kunci ibu Putri Candrawathi selalu mengatakan Mas Malu… malu.. malu ketika dikorek oleh psikiater.
Ketiga pernyataan dari Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Adrianto yang tak jauh beda dengan Menkopolhukam Mahfud MD bahwa motif pembunuhan hanya dibuka di pengadilan demi menjaga perasaan pelaku dan korban.
Dari penjelasan ketiganya kita mendapatkan petunjuk ada kata konten orang dewasa, sensitif, malu dan harus menjaga perasaan. Berarti motif tersebut sangat terkait dengan asmara.
Nah sekarang yang kita tunggu dari babak selanjutnya dari drama ini adalah tuntutan kita sebagai warga masyarakat kepada korps Bhayangkara untuk tetap menjaga kejujuran atau integritas, terbuka dan apa adanya.
Mengutip kalam Ilahi dalam surah QS. Al Ahzab: 70-71
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS. Al Ahzab: 70-71).