MONITORNusantara.com – Surabaya, Pramesti adalah mahasiswi asal Jawa Timur yang menjadi saksi saat penerapan lockdown di Wuhan, China beberapa waktu lalu.
Ia mengalami penerapan lockdown di sembilan hari pertama sebelum akhirnya bisa kembali ke tanah air melewati karantina di Kepulauan Natuna.
Gadis berkerudung itu membagikan kisahnya saat mengalami pandemi Corona Virus Disease (Covid) 19 awal kali di Wuhan China.
“Saya menjadi saksi yang mengalami langsung selama sembilan hari di Wuhan. Yang saya rasakan panik dan takut itu pasti,” jelas Pramesti didampingi Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (2/5/2020) malam.
Kendati panik dan takut, ia mengaku tetap berupaya bisa mengondisikan diri sendiri.
“Yang pasti jangan terselimuti panik hingga lupa cara waspada,” ungkapnya.
Selama lockdown di Wuhan, ia bersama teman-temannya tetap menjalankan protokol kesehatan terkait Covid 19.
Mulai dari sering mencuci tangan pakai sabun dan kenakan masker, termasuk di kamar, kecuali makan dan beberapa kegiatan lain.
Pembatasan juga tetap dilakukan.
“Setiap orang di Wuhan dibatasi tidak boleh keluar ruangan, kecuali penting seperti memenuhi kebutuhan logistik sayur dan beras.
Selebihnya tetap stay (tinggal) di ruangan masing-masing. Tetap jaga jarak, karena siapapun tidak tahu keberadaan virus itu ada pada orang di sekitar kita,” ujarnya. (Tim)