Keutamaan Membaca Takbir, Tasbih dan Tahmid di malam Hari Raya 

Keutamaan Membaca Takbir, Tasbih dan Tahmid di malam Hari Raya

Malam ini, seluruh umat islam di dunia tanpa terkecuali di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Adha atau Lebaran Haji yang jatuh pada minggu (10 Juli 2022) atau 10 Duzilhijjah 1441. Takbir, tasbih dan tahmid malam ini pun menggema di seantero dunia untuk mengagungkan, mensyiarkan dan membesarkan asma Allah SWT.

 

Di malam yang penuh keberkahan dan istimewa itu, Umat Muslim dianjurkan melakukan amalan-amalan sunah untuk mensyiarkan dan menggelirakan malam hari raya. Diantaranya membaca takbir, tahmid dan tasbih.

Imam al-Hafidz al-Muhaddits al-Hujjah Syaikhul Islam Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf an-Nawawiy ad-Dimasyqiy asy-Syafi’i atau yang lebih masyhur dengan sebutan Imam Nawawiy, dalam kitab beliau yaitu kitab al-Adzkar menuturkan bahwa:

 

اعلم أنه يُستحبّ إحياء ليلتي العيدين بذكر اللّه تعالى والصلاة وغيرهما من الطاعات للحديث الوارد في ذلك: “مَنْ أَحْيا لَيْلَتي العِيدِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ القُلُوبُ” ورُوي “مَنْ قَامَ لَيْلَتي العِيدَيْنِ لِلَّهِ مُحْتَسِباً لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ حينَ تَمُوتُ القُلُوبُ” هكذا جاء في رواية الشافعي وابن ماجه ، وهو حديث ضعيف رويناه من رواية أبي أمامة مرفوعاً وموقوفاً، وكلاهما ضعيف، لكن أحاديث الفضائل يُتسامح فيها كما قدّمناه في أوّل الكتاب. (الأذْكَار للنووي, صـ 155

“Ketahuilah bahwa disunnahkan (dianjurkan) menghidupkan malam kedua hari raya dengan dzikir kepada Allah, shalawat dan yang lainnya seperti perbuatan-perbuatan ketaatan, berdasarkan hadits yang warid tentang yang demikian : “Barangsiapa menghidupkan malam), hatinya tidak akan pernah mati pada hari kematian hati”.

 

Dan diriwayatkan “barangsiapa yang menegakkan malam-malam hari-raya karena Allah dengan penuh keikhlasan, hatinya tidak akan pernah mati hingga hari kematian hati,”.

 

Selain takbir, umat Islam dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan dzikrullah, memperbanyak shalawat, tilawah Alquran, doa’-do’a dan amal-amal ibadah lainnya.

 

Sedangkan Imam asy-Syafi’i didalam kitab al-Umm mengatakan bahwa ada lima malam yang apabila berdo’a di malam tersebut akan di kabulkan yaitu malam Jum’at, malam kedua hari raya (‘idul Fitri dan ‘idul Adha), malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya’ban.

 

Pada malam hari raya Muslim dianjurkan untuk menyemarakkan dengan takbiran yaitu takbir mursal, takbir yang memang disyariatkan pada seluruh hari raya, tidak khusus ketika shalat (tidak mengiringi shalat) dan hendaknya dibaca dengan keras bagi kaum laki-laki untuk menampakkan syiar hari raya.

 

Pada Idul Fitri melakukan takbiran sejak terbenam matahari sampai dimulainya shalat hari raya, dianjurkan memperbanyak takbir baik di jalanan, dimasjid, pasar, bahkan ditempat tidur, dan tempat-tempat lainnya, baik ketika duduk ataupun berjalan, siang atau pun malam.

 

Adapun pada Idul Adha sejak selesai shalat shubuh pada hari ‘Arafah sampai shalat ‘Asar pada akhir hari tasyrik, hal ini muktamad menurut Imam Ibnu Hajar.

 

Sedangkan menurut Imam Ramli adalah sejak masuk waktu fajar pada hari ‘Arafah sampai terbenamnya matahari pada akhir hari tasyrik.

 

Berikut Lafadz takbir yang dibaca berulang-ulang:

اللَّهُ أكْبَرُ اللَّهُ أكْبَرُ اللَّهُ أكْبَر

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

 

Adapun jika ingin menambahkan dengan bacaan takbir yang lebih panjang yang bagus (hasanah) sebagaimana dituturkan oleh Imam asy-Syafi’i dan ‘ulama-‘’ulama Syafi’iyyah adalah dengan lafadz,

 

اللّه أكْبَرُ كَبيراً، والحَمْدُ لِلَّهِ كَثيراً، وَسُبْحانَ اللَّهِ بُكْرَةً وأصِيلاً، لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَلا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدينَ وَلَوْ كَرِهَ الكافِرُون، لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأحْزَابَ وَحْدَهُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللّه واللَّهُ أكْبَرُ

 

Allahu akbar kabiiraa, walhamdulillahi katsiira, wasubhaanallahi bukratan wa ashiila, laailaaha illallahu allahu walaa na’budu illa iyyahu mukhlishiina lahud diina walau karihal kaafiruun, laailaaha illallahu wahdah, shadaqa wa’dahu, wanashara abdahu wahazamal akhzaaba wakhdah, laailaaha illallahu wallahu akbar.

Kemudian, apabila bertakbir dengan lafadz yang sudah menjadi kebiasaan, menurut jama’ah Ashhabus Syafi’i adalah tidak apa-apa bahkan merupakan shighat yang disukai dan pokok, sebagaimana lafaz:

 

اللَّهُ أكْبَرُ اللَّهُ أكْبَرُ اللَّهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ، واللَّهُ أكْبَرُ اللَّهُ أكْبَرُ ولِلَّهِ الحَمْدُ .

 

Wallahu A’lam

Takbiran Keliling Mensyiarkan Malam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: