Foto ilustrasi pasar tradisional

MONITORNUSANTARA.COM, Jakarta, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, bekerjasama membuat program revitalisasi pasar rakyat melalui skema pemagangan mahasiswa.

Pada tahap awal program, ada 15 kabupaten/kota yang dilibatkan dimana mahasiswa yang terlibat diproyeksikan sekitar 300 orang.

Program pemagangan mahasiswa dengan tujuan revitalisasi pasar rakyat ini bernama Penggerak Muda Pasar Rakyat (PMPR).

Mendagri Muhammad Luthfi dan Mendikbudristek Nadiem Makarim secara resmi meluncurkan program tersebut pada Selasa 18 Januari 2022.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Eko Nurwan mengatakan, dari 15 kabupaten/kota yang dilibatkan dalam program ini, terdapat 60 pasar rakyat yang menjadi sasaran revitalisasi.

Adapun mahasiswa yang mengikuti PMPR akan mendapatkan penyetaraan jam kuliah setara 20 SKS.

Mahasiswa yang mengikuti PMPR akan mendapatkan pelatihan secara komprehensif mengenai pasar rakyat, pendampingan oleh mentor, induksi kerja di lingkungan pasar rakyat serta sertifikat magang dari Kemendag.

“Pasar rakyat memerlukan sentuhan lebih lanjut, terutama dengan juga adanya bantuan dari akademisi dengan menurunkan para mahasiswanya, membantu bagaimana manajemen PR yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional bisa bergerak dengan baik, bisa menerapkan standar manajemen yang sesuai sebagaimana yang telah distandarkan,” ujar Eko.

Menurutnya, salah satu dasar utama PMPR diadakan adalah berangkat dari kondisi pengelolaan pasar rakyat selama ini yang tak optimal.

Berdasarkan data BPS pada tahun 2020, terdapat 16.325 pasar rakyat. Namun pasar rakyat yang baru mendapatkan sertifikat Standar Nasional Indonesia baru 46 pasar.

Minimnya pasar rakyat mendapatkan sertifikat SNI disebabkan sifatnya yang sukarela. Hal tersebut pada akhirnya membuat pengelolaan pasar tradisional dalam memenuhi SNI tak optimal.

Pengelolaan yang tidak optimal itu juga yang membuat lingkungan pasar rakyat kerap dikesankan kumuh, kotor, dan manajemennya pun kerap tidak terstruktur dengan baik.

Program pemerintah sejauh ini baru sebatas revitalisasi fisiknya saja yang telah mencapai 5.000 unit pasar.

“Tetapi, ternyata masih juga perlu sentuhan lain terkait pengelolaannya sehingga melalui kampus merdeka ini, kami berharap bantuan dari civitas akademisi melalui gerakan PMPR, pasar rakyat bisa, selain fisiknya diperbaiki, juga sisi manajemennya,” ujar Eko.

Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan, tahun lalu hampir 13 ribu mahasiswa dari berbagai daerah mengikuti program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB).

Kemudian ada 50 ribu mahasiswa yang mengikuti Merdeka Belajar Kampus Mengajar (MBKM) di luar kampus.

Jumlah mahasiswa yang berkegiatan di luar kampus itu ditargetkannya akan bertambah lagi pada tahun ini, yaitu sekitar 150 ribu mahasiswa.

Para mahasiswa itu dikatakannya akan keluar dari kampus dan belajar dari dunia nyata.

“Dan dua tahun ini kami membuka lowongan yang lebih banyak lagi, salah satunya dengan program PMPR. Jadi, saya ingin mengajak semua teman-teman mahasiswa untuk ikut program ini, berdialog dan berkolaborasi dengan pelaku pasar rakyat, membantu mereka mengembangkan bisnisnya supaya mereka bisa berkontribusi yang lebih besar lagi bagi perekonomian Indonesia,” tuturnya.

Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi, Kemendikbudristek, Nizam mengatakan, PMPR menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk berkontribusi memecahkan masalah sosial.

“Ini suatu kasus yang bisa diangkat bersama lintas prodi, lintas fakultas, dibuat jadi satu proyek mahasiswa. Tentu jadi kebanggaan bagi mahasiswa yang bisa mentransformasi pasar rakyat lebih hidup lagi, lebih milenial,” tuturnya.(***)

 

Ikuti MONITORNusantara.com di Google News

Sempatkan juga membaca artikel menarik lainnya, di portal berita EDITOR.id dan MediaSosialita.com