Oleh: Moch Eksan
Penulis adalah Pendiri Eksan Institute dan Fungsionaris DPW NasDem Jawa Timur

Tak ada satu pun negara yang tak terdampak oleh virus covid 19, meski juga ada beberapa negara yang zero case dari pandemi global tersebut. Sebab ternyata dampak ekonominya jauh lebih mengerikan daripada dampak bagi kesehatan masyarakat.

Orang yang sakit, meninggal, menjalani perawatan maupun yang sembuh, tidaklah sebanding dengan ongkos ekonomi yang harus dibayar. Semua negara dalam mengalami pertumbuhan ekonomi yang minus. Dunia benar-benar menuju resesi. ujung-ujungnya angka pengangguran meningkat, angka kemiskinan juga sama. Tingkat kesejahteraan masyarakat turun drastis.

Besar kecil, kaya miskin, semua sama-sama terdampak. Banyak miliarder dunia yang kehilangan kekayaan puluhan triliun dalam hitungan bulan. Para buruh banyak kehilangan pekerjaan. Rakyat kecil benar-benar terpuruk. Sekadar untuk memenuhi kebutuhan makan saja susah.

Kebijakan lockdown dan social distancing telah melumpuhkan sendi-sendi ekonomi rakyat. Pasar sepi, sekolah tutup, kantor juga tutup, arus transportasi orang dan barang dibatasi, hotel, kos-kosan, warung tak ada penghuni dan pelanggan yang datang.

Dunia diliputi oleh ketakutan. Terasa dunia mau kiamat saja. Mau tak mau, setiap orang standby di rumah masing-masing. Rumah menjadi base office, base market, bukan melulu tempat hunian, tempat memadu cinta kasih anggota keluarga.

Covid 19 telah merubah tatanan hidup manusia. Fungsi rumah telah mengalami revitalisasi fungsi dan peran yang lebih besar dan luas.

Namun ada yang dilupakan banyak orang, dan ini yang paling urgen di balik wabah penyakit ini. Apalagi, pandemi global diyakani bukan peristiwa alam biasa, tapi sarat dengan konspirasi global. Ada yang memetik keuntungan ekonomis.

Saya berpandangan bahwa yang mengais keuntungan besar adalah pengusaha IT. Saya baca berita Group Amazon membubuhkan keuntungan 6000 triliun lebih dalam berapa minggu ini. Padahal, banyak saham perusahaan dunia yang jatuh berguguran.

Tatanan ekonomi digital akan menggeser ekonomi dunia. Minyak dan kegiatan ekonomi yang berhubungan dengannya langsung memasuki ajal. Harga minyak mentah jatuh ke minus 37 dollar per barrel.

Perusahaan konstruksi yang berskala besar dan biasa mengerjakan tower, hotel, apartemen, ruko, dan gedung pencakar langit lainnya, lambat laun kehilangan pasar. Banyak gedung yang tak berpenghuni sekarang. Kantor, pasar dan alamat usaha tak lagi di gedung tapi cukup di website. Dan seterusnya.
Sekarang transaksi barang dan jasa banyak yang online. Banyak aplikasi yang mempermudah transaksi yang tersedia di internet.
Paket pulsa dan internet menjadi kebutuhan paling pokok untuk melakukan sesuatu apa pun, hatta untuk belanja 9 bahan pokok sekalipun.
Siapa yang menguasai produk dan layanan internet dunia? Mereka penguasa dunia sekarang.

Tanda kemenangan ekonomi digital kian nyata, bila rezim uang kertas takluk pada uang digital yang mulai dikembangkan dengan serius di dunia. China sudah membocorkan dan akan menggunakan uang digital pertama mendahului negara-negara lain, termasuk AS.

Perang dagang antara AS vs China, ketegangan di laut China selatan, pandemi virus corona, ujung-ujungnya perebutan hegemoni ekonomi global. Pemenangnya adalah rezim ekonomi digital yang paling punya masa depan. (AH)

Ikuti MONITORNusantara.com di Google News

Sempatkan juga membaca artikel menarik lainnya, di portal berita EDITOR.id dan MediaSosialita.com