Makin Panas Setelah Stakeholder Malaysia Bahas Timnasnya Gagal ke Puala Dunia U17 Usai Indonesia Jadi Tuan Rumah

MONITORNUSANTARA.COM – Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023 sedikit banyak memengaruhi beberapa negara tetangganya, terutama Vietnam dan Malaysia.
Baca Juga: Bimasakti resmi Menjadi Pelatih Timnas U-17 di Piala Dunia U17 di Indonesia
Vietnam dan Malaysia tak lolos ke Piala Dunia U-17 itu setelah gagal di Piala Asia U-17 2023.

Piala Asia U-17 yang digelar di Thailand itu adalah ajang penyaringan ke Piala Dunia U-17.

Hanya empat semifinalis Piala Asia U-17 yang berhak lolos ke Piala Dunia U-17 2023. Vietnam dan Malaysia sudah tersingkir lebih awal di fase grup. Saat ini Piala Asia U-17 itu sudah memasuki perempat final.

Ada satu wakil Asia Tenggara di situ, yakni Thailand, yang menantang Korea Selatan, Minggu (25/6/2023) pukul 21.00 WIB. Dibanding Vietnam, Malaysia merasa lebih terpukul dengan kegagalannya meraih tiket Piala Dunia U-17 2023 yang semula direncanakan di Peru itu.

Apalagi setelah mendengar Indonesia ditunjuk FIFA sebagai tuan rumah. Pasalnya, Malaysia merasa lebih baik dari Indonesia karena menang 5-1 di Stadion Pakansari, Bogor, 9 Oktober 2022, sekaligus menyingkirkannya di Kualifikasi Piala Asia U-17 2023.

Sayangnya, skuad junior Harimau Malaya itu menjadi ompong di penyisihan grup Piala Asia U-17 2023.

Mereka dibantai Yaman 4-0 dan Thailand 3-0 sebelum menang tipis 2-1 atas Laos.

Kini, para pemangku kepentingan (stakeholder) sepak bola di Malaysia berselisih paham dan makin panas menyoal kegagalan skuadnya itu. Media Malaysia, Berita Harian, melaporkan bahwa federasi sepak bolanya (FAM) mendesak kajian komprehensif tentang National Football Development Program (NFDP), yang berada langsung di bawah pemerintah. NFDP membawahi Akademi Mokhtar Dahari (AMD), yang menangani pengembangan pemain junior untuk Timnas U-17 Malaysia.

Sekjen FAM Noor Azman Rahman menjelaskan, sejak Desember 2022 hingga kini belum ada pergantian di posisi direktur teknik. Menurutnya, meski proses wawancara kandidat dilakukan dengan persetujuan Dewan Olahraga Nasional (MSN) dan FAM, tapi masih sepi peminat.

Tanpa bermaksud menuding pihak mana pun atas kegagalan timnas di Piala Asia U-17 2023, dia mengisyaratkan minimnya menit bermain menjadi salah satu faktor tersingkirnya lebih dini junior Harimau Malaya dari turnamen tersebut. “AMD sudah melakukan apa yang bisa. Tapi yang pasti perlu dikaji ulang secara menyeluruh apa yang dilakukan di AMD,” ucapnya.

Noor Azman lalu bertubi-tubi menjelaskan, “Karena sejak 2014, kita masih belum berhasil seperti yang seharusnya. Tidak sebanding dengan uang yang telah disalurkan pemerintah.”

“Kita perlu meninjau dan melihat struktur kompetisi junior. Para pemain di AMD hanya memainkan enam pertandingan di kompetisi Piala Presiden tahun ini, enam pertandingan dalam enam bulan. Itu tidak cukup.” “Para pemain muda perlu bermain sepak bola dengan lebih kompetitif. Ini akan membantu mereka lebih siap menghadapi turnamen semacam ini (Piala Asia U-17).”

“Memainkan pertandingan persahabatan tak sama dan tak cukup, kami membutuhkan kompetisi yang lebih kompetitif tidak hanya untuk mempersiapkan tim, tapi juga pemain individu yang lebih baik,” tegasnya kepada Berita Harian, Jumat (24/6/2023). FAM Dicap Gagal

Sebelumnya, anggota Komite Eksekutif FA Syed Yazid Omar mengkritik kinerja NFDP dan AMD, lalu menuntut agar pengembangan akar rumput dikembalikan ke asosiasi sepak bola negara bagian (FA).

Menurutnya, dana pengembangan sepak bola dari pemerintah harus disalurkan ke FAM sebagai induk olahraga sebelum didistribusikan ke setiap FA lokal. Namun, pengamat sepak bola Malaysia Mohd Sadek Mustaffa langsung menangkal usulan itu. Sadek justru meminta proyek yang sudah berjalan di bawah NFDP dan AMD terus dilanjutkan.

Menurut Sadek, NFDP ini adalah inisiatif dari Kmenpora Malaysia dan MSN untuk memberi bantuan kepada FAM.

Dan, lanjutnya, itu adalah juga inisiatif pemerintah yang menganggarkan puluhan juta ringgit.

“Kalau program ini diserahkan sepenuhnya ke FAM untuk dikendalikan, kita harus lihat kemampuannya dari sisi dana.” “Jadi, lebih baik program ini berada dalam struktur seperti sekarang. Dalam kasus ini (kegagalan timnas ke Piala Dunia U-17), bukan NFDP yang gagal, melainkan justru FAM dan klub karena tak mampu membangkitkan bakat yang ada,” tegas Sadek.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: