MONITORNUSANTARA.COM-Guna mendukung program pemerintah untuk mengelola sampah, pihak Bank Sampah Gunung Emas berkolaborasi dengan PT. Paragon Technology and Innovation mengadakan acara Grand Final Akademi  Bank Sampah 2025 di Gedung Paragon Comunity Hub. kawasan Jakarta Selatan.

Dimana delapan finalis Bank Sampah dari wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat berhasil masuk babak final tersebut.
Mereka terpilih setelah melalui proses penilaian yang ketat, dari jumlah 28 peserta kemudian disaring menjadi 13 bank sampah hingga akhirnya terpilih 8 finalis.

Perlu diketahui, Grand Final Akademi Bank Sampah 2025 ini diisi oleh delapan finalis Bank Sampah Akademi .

Diantaranya, Bank Sampah Akademi Kompos (Akkom), Bank Sampah Berlian,Bank Sampah Sinar Cemerlang, Bank Sampah Murai Medan, Bank Sampah Alamku,Bank Sampah Benyamin, Bank Sampah Dahlia Indah serta Bank Sampah Cling.

Adapun dalam babak final tersebut, delapan bank sampah kembali diuji dengan memaparkan program kerja yang telah dilaksanakan para pengurus dihadapan juri yang berasal dari tim PT. Paragon Technology and Innovation untuk memilih dua pemenang.

Ketua Program Akademi Bank Sampah sekaligus inisiator Bank Sampah Gunung Emas Vera Nofita mengatakan tujuan diadakan kegiatan ini adalah untuk membantu pengurus bank sampah mengelola manajemen atau administrasi.

Selain itu, juga memberikan edukasi tentang bagaimana cara berkolaborasi atau bekerjasama dengan pemerintah, serta bagaimana cara pemetaan wilayah.

“Tujuannya sih, lebih kepada tertib administrasi dan manajemen keuangan, penguatan tim sebenarnya,” kata Vera kepada awak media di lokasi acara Kamis, 17 April 2025.

Ia menyebut, sebelumnya para peserta yang mengikuti program Akademi Bank Sampah ini telah diberikan pembekalan selama enam bulan. Mereka juga diberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan baik, dan jika tugas tersebut tidak dilaksanakan peserta dinyatakan gugur dan tidak bisa melanjutkan ke babak berikutnya.

“Kami ada penyetoran tugas, ada beberapa tahapan, nanti jadwalnya jam sekian, hari sekian harus disetorkan kalau tidak disetorkan berarti gugur,” jelas Vera.
Vera berharap,pemerintah juga dapat membuat akademi bank sampah seperti yang dilakukan Gunung Emas.

Karena menurutnya, hal ini sangat dibutuhkan oleh penggiat bank sampah sebagai penguatan sumber daya manusianya.

“Pengelola bank sampah bukan hanya sekedar dikasih alat, lalu dia bingung cari ongkos biaya listrik dan solarnya,” tukasnya..
Di tempat yang sama, Dwi Eliani, Tim CSR PT. Paragon Technology & Innovation mengatakan acara Grand Final Akademi Bank Sampah 2025, yang berjalan sudah 6 bulan ini memiliki 2 tahapan.

“Memiliki 2 tahapan antara lain, mengajarkan dasar-dasar bank sampah bisa optimal”, kata Dwi.
Dwi menambahkan, jika program ini bukan hanya peduli akan sampah dan nasabahnya saja, melainkan juga kepada para pengurusnya agar mereka bisa berkembang dan sejahtera.
“Program ini juga merupakan penghargaan kami terhadap para pengurus atau pengelola bank sampah,” ucap Dwi.

Dia menyebut program ini juga sesuai dengan komitmen perusahaannya terhadap lingkungan.Sehingga kedepannya bank sampah dan Paragon bisa tumbuh bersama.

“Kami berharap bank sampah ini menjadi bagiannya Paragon dengan cara bekerjasama, mereka juga akan mendapatkan sampah sampah Paragon dan produk-produk Paragon dapat terjual kembali,” tandasnya.

Tampil sebagai pemenang pertama dalam Grand Final Akademi Bank Sampah 2025 tersebut adalah Akademi Bank Sampah Kompos (AKKOM) . Sementara pemenang kedua diraih oleh Bank Sampah Berlian.

Ketua Akademi Bank Sampah Kompos Andito Dwi Pratomo memberikan apresiasi kepada Paragon Corp yang menggelar kegiatan ini. Karena menurutnya, jarang sekali perusahaan besar di Jakarta yang mau memperhatikan bank sampah.
“Kesan dan pesan saya untuk acara ini sangat luar biasa, sekelas Paragon mau memperhatikan bank sampah, terutama di Jakarta langka sekali,” ucapnya.

Ia mengaku dampak dari kegiatan ini sangat nyata sekali, karena selama enam bulan pelatihan intensif itu mengubah dari bank sampah biasa – biasa saja menjadi bank sampah yang penghasilannya lebih besar dari itu sendiri.

“Menurut saya nilai yang harus diangkat, karena memang bank sampah harus sejahtera dan pengurusnya juga harus setara dengan karyawan-karyawan kantoran yang gajinya besar,” ujar Andito.*

Ikuti MONITORNusantara.com di Google News

Sempatkan juga membaca artikel menarik lainnya, di portal berita EDITOR.id dan MediaSosialita.com