Foto SPBU

MONITORNUSANTARA.COM, JAKARTA-Pertamina kembali menaikan harga BBM nonsubsidi Pertamina Dex, Pertamax Turbo dan Dexlite, Kamis, 3 Maret 2022.

Corporate Secretary Subholding Commercial And Trading Pertamina Irto Ginting mengatakan, penyesuaian harga dilakukan karena harga minyak mentah dunia yang terus melonjak.

Saat ini harga minyak mentah dunia sudah menembus level 110 dollar AS per barel.

Sebelumnya, Pertamina pernah menaikkan harga BBM pada 12 Februari 2022 lalu, menyusul operator lain yang sudah lebih dahulu menyesuaikan harga BBM di tengah naiknya harga minyak mentah dunia.

Kendati demikian, Pengamat ekonomi dari Universitas Sriwidjaja (Unsri) Isni Andriana menilai keputusan Pertamina untuk menaikkan harga BBM nonsubsidi merupakan hal yang wajar.

“Seperti Malaysia, sudah menaikkan harga BBM-nya sejak Juli tahun lalu. Jadi jika Pertamina menaikkan harga, wajar-wajar saja,” katanya.

Kenaikan harga BBM nonsubsidi ini bervariasi di masing-masing wilayah provinsi, yakni berkisar Rp500-1.100 per liter.

Menurut Isni, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex merupakan BBM untuk golongan masyarakat mampu, dilihat total konsumsi BBM nasional yang hanya 3 persen saja, sehingga relatif tidak mempengaruhi.

Sementara, jika yang dinaikkan BBM jenis Pertamax dan Pertalite maka akan berdampak signifikan pada perekonomian.

Dikarenakan, dua bahan bakar tersebut menjadi andalan masyarakat Indonesia.

“Yang menjadi konsen saat ini sebenarnya Pertalite, jangan sampai naik karena bisa mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat. Untuk jenis lain, relatif tidak masalah,” katanya, dikutip Antara.

Isni mencontohkan seperti para driver online, selama ini mereka membeli Pertalite karena harganya cukup ekonomis dan tidak terpaut jauh dengan Premium.

Namun, jika terjadi kenaikan harga maka kemungkinan besar akan beralih menggunakan Premium, walaupun sudah mulai susah ditemui.

Bukan hanya itu, jika menaikkan harga Pertamax pun, Pertamina harus siap dengan kemungkinan beralihnya masyarakat dengan membeli Pertalite.

Oleh karena itu, Kepala Jurusan Manajemen Unsri ini mengusulkan pemerintah mulai ancang-ancang merubah skema subsidi BBM, dari terbuka menjadi tertutup sehingga menjadi lebih tepat sasaran.

“Pemerintah dapat juga mempertimbangkan kembali pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT), menurut saya ini jauh lebih tepat sasaran dibandingkan pemberian subsidi dengan skema terbuka seperti saat ini yang bisa siapa saja menerima,” kata dia.***

 

Ikuti MONITORNusantara.com di Google News

Sempatkan juga membaca artikel menarik lainnya, di portal berita EDITOR.id dan MediaSosialita.com