Jakarta, MONITORNUSANTARA.COM,- Sungguh pilu negeri ini. Tak jauh dari Jakarta, di Sukabumi Jawa Barat ada seorang balita meninggal dunia akibat sakit tak tertangani. Sekujur tubuhnya dipenuhi cacing. Mirisnya, balita tersebut meninggal karena orang tuanya miskin dan tak mampu membiayai putrinya tercinta berobat ke rumah sakit.

Dan semuanya diam, membiarkan sang balita tak berdaya. Sang balita lemah tanpa bantuan dari tetangga kanan kiri. Tanpa bantuan dari pemerintah. Negara tak hadir untuk menyelamatkan anak-anak generasi mendatang.

Kejadian ini menampar kita semua ditengah euforia gaji dan tunjangan anggota DPR yang mencapai Rp100 juta. Pungutan pajak gila-gilaan, dan laporan BPS bahwa persentase rakyat miskin menurun.

Kasus tewasnya Raya (3) balita asal Desa Cihanaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, setelah organ tubuhnya dipenuhi cacing gelang menyisakan duka mendalam bagi keluarga.

Sebelum meninggal dunia, bocah bernama Raya tersebut sempat menjalani perawatan intensif selama delapan hari di RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi.

Dari tubuh mungilnya, dokter menemukan ratusan cacing gelang yang menggerogoti organ dalam. Bahkan, saat pemeriksaan medis, cacing masih hidup keluar dari hidung, anus, dan kemaluannya.

Ketua Tim Penanganan Keluhan RSUD R Syamsudin SH, dr Irfanugraha Triputra menuturkan, Raya tiba di IGD RSUD R Syamsudin SH pada 13 Juli 2025 sekitar pukul 20.00 WIB dalam kondisi sudah tidak sadarkan diri. Dia dibawa menggunakan ambulans oleh tim relawan Rumah Teduh.

“Menurut pihak keluarga, sehari sebelumnya Raya hanya mengalami gejala demam, batuk, dan pilek,” ujar dr Irfanugraha dikonfirmasi pada Selasa (19/8/2025).

Selama perawatan, kondisi Raya tidak membaik. Menurut Irfanugraha, infeksi cacing gelang (ascaris) yang dialaminya sudah sangat parah dan menyebar ke organ vital, seperti paru-paru dan otak.

Keluarnya cacing dari hidung menandakan bahwa cacing sudah menjalar hingga saluran pernapasan atau saluran pencernaan bagian atas.

“Ini cenderung terlambat. Cacingnya sudah banyak sekali di dalam pencernaan dan sudah berukuran besar-besar,” ujar Irfanugraha.

Kondisi ini membuat penanganan medis menjadi sangat sulit. Raya menghembuskan napas terakhirnya pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB, tanpa sempat dipulangkan dari rumah sakit. Raya meninggal di rumah sakit.

Orang Tua Miskin dan ODGJ

Sungguh memilukan. Bocah usia 3 tahun itu meninggal akibat sakit yang tak tertangani. Penyebabnya orang tuanya sangat miskin. Bahkan mengalami gangguan jiwa.

Iin Achsien, pendiri Rumah Teduh & Peaceful Land yang menolong Raya mengisahkan bahwa saat berusaha menyelamatkan Raya, timnya dihadapkan pada kendala besar.

Urus Pake BPJS Ruwet

Raya tidak memiliki identitas. Pihak rumah sakit memberikan kesempatan 3×24 jam untuk mengurus BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) agar biaya perawatan bisa ditanggung pemerintah.

Meskipun dalam perjalanannya, perjuangan mengurus dokumen BPJS tersebut menemui jalan buntu. Karena kondisi orang tuanya dengan gangguan kejiwaan (ODGJ).

“Kita langsung ke Disdukcapil, diarahkan ke Dinas Sosial karena orang tuanya ada keterbelakangan mental. Dari sana diarahkan ke Dinas Kesehatan, dan akhirnya Dinas Kesehatan angkat tangan,” jelasnya.

“Waktunya sudah habis 3 hari berturut-turut, tidak ada tanggapan apapun,” tambahnya.

Tagihan Rumah Sakit Rp 23 Juta Terpaksa Ditanggung Relawan

Akibatnya, tenggat waktu dari rumah sakit pun terlewat. Meskipun hubungan dengan RSUD Bunut sangat baik dan rumah sakit telah memberikan kelonggaran biaya selama tiga hari awal, aturan tetap harus dipatuhi.

“Kami alihkan status perawatannya menjadi tunai, ditanggung oleh Rumah Teduh,” kata Iin.

Iin menyebutkan total tagihan perawatan Raya mencapai Rp23 juta lebih, yang akhirnya mendapatkan diskon dan sisa tagihan dibebaskan setelah pembayaran awal.

Kondisi Keluarga: Kemiskinan dan Gangguan Mental

Kedua orang tua Raya tergolong warga sangat miskin dan mengalami gangguan jiwa (ODGJ), sehingga pengasuhan terhadap Raya kurang optimal.

Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi mengaku dia baru mengetahui kondisi parah Raya setelah berita viral dan langsung berkoordinasi dengan Rumah Teduh untuk pemakaman.

Menurut Wardi, keluarga Raya tidak langsung membawa bocah itu ke rumah sakit saat kondisi memburuk karena tak mampu membiayai pengobatan ke RS dan orang tuanya mengalami ODGJ.

“Mungkin mereka tidak menyangka kalau Raya sudah dalam keadaan sekarang itu,” katanya.

Wardi berdalih bahwa pemerintah desa sudah berupaya maksimal untuk membantu keluarga miskin tersebut.

“Desa sudah berusaha semaksimal mungkin. Ada bantuan dari pemerintah, baik dari Dinkes maupun dari DD (Dana Desa). Bahkan sempat sehat anak tersebut, timbangan naik karena dikasih PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang ada setiap hari,” ungkapnya.

“Anak itu sering main di kolong sama ayam karena rumahnya panggung. Anaknya untuk jalan juga agak lambat, terus dia punya sakit demam. Sudah diperiksa ke klinik terdekat, ternyata dia punya penyakit paru,” tambahnya.

Dia juga menambahkan bahwa rumah keluarga tersebut sempat hancur dan dibangun kembali oleh warga dan pemerintah desa. Ironisnya, karena faktor ODGJ, alas rumah panggung mereka sempat dirusak menjadi bahan bakar untuk memasak. (*)

Ikuti MONITORNusantara.com di Google News

Sempatkan juga membaca artikel menarik lainnya, di portal berita EDITOR.id dan MediaSosialita.com