Penangkapan Kasus Perkosaan Pesantren Jombang

MonitorNusantara.com, -Jombang – Upaya penangkapan tersangka MSA
di dalam Pondok Pesantren
(Ponpes) Shiddiqiyah Kecamatan
Ploso, Kamis, (7/7/2022) tidak
berjalan mulus. gerbang masuk
ditutup dan dijaga massa
simpatisan sehingga polisi akhirn
melakukan upaya paksa untuk bisa
masuk ke pondok.

Video yang memperlihatkan proses penangkapan Moch Subchi Al Tsani (MSAT) putra pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang, Jawa Timur yang menjadi tersangka atas kasus pencabulan santriwati, beredar di media sosial.

Video itu dibagikan oleh akun instagram @info_jombang.

Dalam video tampak warga memadati jalanan di kawasan Pondok Pesantren Shiddiqiyyah, Jalan Raya Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Mobil dan truk polisi tampak berada di depan pondok.
Pada video selanjutnya tampak iring-iringan truk polisi lalu lalang di area ponpes.
Bahkan sejumlah pasukan polisi mengenakan seragam taktis dan membawa tameng juga dikerahkan dalam proses penangkapan tersebut.
Saat ini proses penangkapan masih berlangsung. Akibatnya, jalur Ploso-Ngimbang ditutup total.

Sebelumnya diberitakan, kasus pencabulan santriwati oleh MSAT yang merupakan putra Pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyyah K.H. Muhammad Mukhtar Mukthi ini mencuat dan jadi perhatian publik setelah pihak kepolisian gagal menangkap pelaku, Minggu (3/7/2022) lalu.

MSAT sebelumnya sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus pelecehan seksual terhadap santriwati sejak 2019. MSAT juga mengajukan dua kali praperadila, namun ditolak hakim.

MSAT sebelumnya membantah melecehkan santriwati ponpes dan menyatakan dirinya difitnah.
Unggahan tersebut pun mengundang beragam respon dari warganet.
“beneran ditangkap lho ya, hukum yang adil. Jangan anak kyai terus takut,” ujar junet***

“mau bantuin nangkap ta orang-orang yang lihat itu,” kata didh***

“anak ulama,” komen wijaya***

“nangkap orang 1 sampai manggil orang banyak,” ujar dian***
“udah kayak teroris kelas kakap,” kata daffa***
“kalau memang merasa gak bersalah, keluar saja. Tuntut balik atas pencemaran nama baik kan bisa? Kenapa malah sembunyi? Aneh,” komen aura***

“kalau tidak salah harusnya kooperatif saja. Negara tidak boleh kalah,” imbuh pakge***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: