Vaksin Booster, Jangan Hanya Patokan Buat Syarat Perjalanan Saja

MONITORNUSANTARA.COM, Jakarta – Kepala Subbid Dukungan Kesehatan Bidang Darurat Satgas COVID-19 Alexander K Ginting mengatakan laju suntikan vaksin booster atau dosis penguat meningkat pada saat dijadikan sebagai syarat perjalanan.

“Namun, vaksinasi booster menurun sejak pelonggaran persyaratan perjalanan usai Lebaran 2022. Masyarakat harus ikut program booster, jangan hanya berpatokan pada syarat perjalanan,” kata Alexander K Ginting dalam dialog “Awas, Omicron Kembali Mengintai Indonesia” yang disiarkan secara virtual dan diikuti dari YouTube FMB9 di Jakarta, Kamis yang juga dilansir Antara.

Alexander mengatakan hingga sekarang baru lima provinsi di Indonesia yang mencapai target di atas 60 persen suntikan vaksin booster. Sedangkan kepesertaan masyarakat di provinsi lainnya justru menurun sejak Lebaran usai.

Kemunculan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia bersamaan dengan pemulihan situasi ekonomi, kata Alexander, justru memicu peningkatan angka kasus di tengah masyarakat.

“Saat ini terjadi peningkatan mobilitas sejak SE Satgas Nomor 18 dan 19 Tahun 2022 tentang prokes pelaku perjalanan dalam dan luar negeri mulai longgar. Ini mempengaruhi mobilitas yang tinggi keluar masuk Indonesia karena persyaratan yang semula RT-PCR secara ketat dalam perjalanan, sekarang lebih berbasis pada vaksinasi,” katanya.

Meski pemerintah sudah melakukan pelonggaran terhadap aktivitas publik, kata Alexander, protokol kesehatan tetap menjadi hal wajib yang perlu dipatuhi masyarakat.

“Meningkatkan imunitas bukan berarti sama dengan pencegahan penularan. Pencegahan penularan adalah protokol kesehatan yang menjadi wajib saat masuk area publik atau kumpulan orang tidak kita kenal,” katanya.

Menurut Alexander, setiap individu perlu memperoleh edukasi yang jelas terkait prokes agar bisa memanfaatkannya sebagai senjata bagi diri sendiri melawan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

“Ini bisa jadi senjata perorangan kalau kewaspadaan tinggi dan edukasinya bagus. Kalau kesadaran diri tidak terbangun, masyarakat tidak mengerti dan memahami penularan masih ada di tengah mereka,” ujarnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: