Ilustrasi telekomunikasi dunia

MONITORNUSANTARA.COM, JAKARTA-Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyatakan panjang kabel serat optik nasional, Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang berada di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) berpotensi menjadi penghubung jaringan telekomunikasi dari seluruh dunia.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membeberkan saat ini Indonesia memiliki jaringan nasional kabel serat optik sepanjang 360 ribu kilometer melintas daratan dan lautan.

SKKL Indonesia saat ini sepanjang 115 ribu kilometer, termasuk yang berada di ZEE sepanjang 55 ribu kilometer.

“Indonesia mau menjadi titik penghubung timur, barat, utara, selatan dalam jaringan fiber optik. Kita juga tahu Indonesia mau dihubungkan dengan Pantai Barat Amerika dan Timur melalui Indonesia. Jarak antara Pantai Barat Amerika dan titik sambung di Indonesia tidak begitu jauh untuk fiber optik hanya belasan ribu kilometer saja,” ungkap Johnny dalam keterangan yang diterima wartawan di Jakarta, Sabtu (5/2).

Menurutnya, jaringan fiber optik Indonesia harus mendapatkan perhatian bersama, apalagi pengembangan potensi menjadi penghubung jaringan global.

Johnny menilai semua stakeholder perlu berkolaborasi, termasuk penyelenggara operator seluler agar trafik dan utilisasi backbone fiber optik Indonesia dapat berfungsi dengan baik.

“Demikian pula dari selatan ke utara, kalau kita lihat peta-nya baik yang terhubungkan lewat jalur lautan Hindia dihubungkan ke Singapura, atau melalui Guam (wilayah di bagian Barat Samudera Pasifik) dihubungkan ke Tokyo ataukah melalui Indonesia,” jelasnya.

Menkominfo berharap setiap pemangku kepentingan terus meningkatkan kolaborasi dan berpikir bersama sebagai entitas nasional, sebagai perusahaannya di Indonesia yang tidak menutup diri terhadap mitra kerja asing.

Kemenkominfo menyatakan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Indonesia yang berada di ZEE berpotensi menjadi penghubung jaringan telekomunikasi dari seluruh dunia.

“Nanti kalau melalui Indonesia, bagaimana tata kelolanya dilakukan dengan baik karena ini terkait dengan yurisdiksi nasional dan terkait dengan kepentingan nasional,” ungkapnya.

Selain itu, Johhny menyatakan Indonesia merupakan wilayah Ring of Fire yang terdiri atas gunung berapi di darat maupun di laut.

Hal itu menyebabkan jaringan kabel serat optik beberapa kali mengalami kerusakan akibat erupsi gunung yang meletus di darat dan bawah laut.

Maka pada saat menata kelola serat optik perlu memperhatikan bagaimana peta vulkanologi di darat dan di laut.

“Bukan hanya peta hidrologi tapi juga peta vulkanologi. Atau bagaimana cara mengaturnya sehingga tidak mengganggu backbone telekomunikasi dan tidak menghambat transformasi digital,” tegasnya.

Menkominfo mencontohkan gangguan jaringan backbone telekomunikasi akibat cuaca dan kejadian khusus. Seperti peristiwa kabel bawah laut di wilayah Papua putus karena cuaca buruk dan mengakibatkan gangguan telekomunikasi.

“Selain itu, kabel fiber optik di perairan Kepulauan Riau juga pernah putus karena terkena jangkar kapal,” ucap Johnny.

Menurut Menteri Johnny, saat kejadian gangguan jaringan fiber optik dan jaringan telekomunikasi dia sigap menerima berbagai aduan layanan telekomunikasi.

Kemenkominfo menyatakan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Indonesia yang berada di ZEE berpotensi menjadi penghubung jaringan telekomunikasi dari seluruh dunia.

“Handphone saya tidak ada berhentinya ditelepon, gara-gara PeduliLindungi macet dan berbagai macam komentar di sosial media. Itu berarti masyarakat semuanya berharap layanan yang baik dan untuk memastikan layanan yang baik dalam satu jaringan,” jelas Johnny.

Menkominfo menyatakan upaya mengatasi tantangan tersebut tidak bisa dilakukan hanya oleh satu kelompok atau perusahaan tertentu.

“Dalam satu jaringan fiber optik yang saling terhubung membutuhkan kerja bersama dalam memberikan layanan,” ujar Johnny.***

 

Ikuti MONITORNusantara.com di Google News

Sempatkan juga membaca artikel menarik lainnya, di portal berita EDITOR.id dan MediaSosialita.com