Peluncuran Aplikasi Bidanku Oleh Halodoc

Foto ilustrasi ibu hamil

MONITORNUSANTARA.COM, JAKARTA-Setiap ibu hamil wajib untuk memeriksa kehamilannya secara berkala. Pasalnya, untuk mencetak generasi emas yang sehat dan unggul, harus dipersiapkan sejak 1000 hari pertama di dalam kandungan.

Pada era pandemi, gerak yang terbatas dan membuat bumil khawatir tertular, akses telemedicine semakin mudah termasuk kunjungan ke bidan.

Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi mengungkapkan pentingnya implementasi teknologi kesehatan dalam mendukung kualitas bidan guna mewujudkan Indonesia Sehat 2045. Menurutnya, bidan menjadi profesi yang unik dan spesifik dalam membangun generasi yang berkualitas karena bidan bisa fokus pada kesehatan reproduksi perempuan, perencanaan keluarga, hingga kesehatan bayi dan balita.

“Bidan menjadi tenaga kesehatan yang strategis karena berada di tengah masyarakat dan mereka menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, apalagi sebagian besar bidan di Indonesia berada di daerah terpencil,” katanya dalam peluncuran aplikasi ‘Bidanku’ oleh Halodoc, Kamis (3/2).

Sehingga, kata dia, peran bidan menjadi sangat penting. Platform digital mempermudah tugas bidan dalam menjangkau sasaran. Di Indonesia sendiri, tercatat ada 5,5 juta ibu hamil dan 80 persen di antaranya dipantau oleh bidan.

 

“Platform digital akan mempermudah tugas bidan, memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan secara realtime,” katanya.

Sementara itu, bidan juga dinilai memiliki peran penting dalam membantu fokus pemerintah mengentaskan stunting di Indonesia. Data Litbang Kemenkes menyebut Indonesia masih memiliki prevalensi stunting pada anak sebesar 30 persen.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K), mengatakan di Indonesia, ada sekitar 74 ribu desa, sehingga bidan memiliki kekuatan yang luar biasa. Bidan menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan karena jumlahnya besar, mereka memiliki izin untuk antenatal care, edukasi terkait KB, memantau kondisi sampai ibu hingga melahirkan.

“Hanya bidan yang bisa mengambil peran itu karena mereka sangat dekat dengan masyarakat, bahkan dokter sekalipun masih sangat terbatas untuk bisa menjangkau masyarakat di daerah,” kata Hasto.

Hasto menegaskan sistem layanan kesehatan daerah perlu dibangun dengan lebih kuat, terutama dengan peran teknologi. Sehingga, apabila ada stressor seperti pandemi, pelayanan kesehatan di daerah akan lebih mampu merespons.

“Kedepannya, keberadaan telehealth diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat,” jelasnya.

 

CEO & Co-Founder Halodoc Jonathan Sudharta, mengatakan di tengah populasi penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, akses layanan kesehatan masih menjadi tantangan bagi masyarakat di berbagai wilayah. Peranan bidan dalam bantu jaga kesehatan ibu dan anak juga menjadi sangat penting di tengah kondisi penyebaran jumlah dokter dan fasilitas kesehatan yang belum merata di Indonesia.

Lebih lanjut, per Desember 2021 tercatat 266 ribu bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia, dengan sekitar 37 ribu bidan membuka praktiknya sendiri. Bidan juga bertanggung jawab untuk membantu 62 persen kelahiran di Indonesia, dan 85 persen pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) secara nasional.

“Oleh karena itu, mengingat peran vital bidan dalam menjaga kesehatan keluarga, inovasi digital mempermudah bidan menghadapi berbagai tantangan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak,” jelas Jonathan.

Sehingga bisa mengurangi kemungkinan kehamilan berisiko tinggi yang tidak diketahui, memantau keberlanjutan kontrasepsi sebagai bagian dari program Keluarga Berencana (KB), serta mengetahui keberlanjutan imunisasi. Ibu juga mendapat perawatan kesehatan keluarga dari kehamilan hingga imunisasi.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: