Rakyat Menangis Terharu Didatangi Presiden

EDITOR.ID, Bogor,- Presiden Joko Widodo memberikan teladan yang baik kepada rakyatnya. Ditengah nyenyaknya orang tidur. Presiden berkeliling dan masuk sudut-sudut kumuh Kota Bogor. Ia membagikan bahan pangan untuk membantu penderitaan rakyatnya yang terkena dampak wabah Covid-19.

Gaya kepemimpinan Jokowi ini nyaris mirip dengan Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, sahabat Rasulullah SAW yang dikenal legendaris karena menyelinap di rumah rakyat secara diam-diam. Dalam senyap di malam hari Jokowi mirip Umar bin Kattab, menemui rakyatnya yang tengah bersedih. Menghibur mereka dan memberikan bahan pangan dan uang untuk meringankan beban hidup mereka.

Presiden Jokowi mengetuk pintu rumah rakyatnya yang sedang bersedih karena wabah Corona yang membuat rakyat tidak bisa beraktivitas secara normal.
Di malam menjelang Subuh itu Presiden dengan berjalan kaki menyambangi dan menyapa rakyatnya. Minimal menghibur mereka dari kesedihan.

Rakyat yang didatangi Presiden yang rajin puasa Ibrahim Senin Kamis ini, tak mampu menahan rasa harunya. Tangisan pecah, semua tekanan hidup seolah lepas saat dihadapannya muncul sosok pemimpinnya yang sangat dicintainya.

Ketika bertemu seorang ibu dan anaknya yang sedang kesulitan, Jokowi sendiri yang pergi membawa makanan dan menyerahkan langsung kepada warganya itu.
Peristiwa ini terjadi ditengah bulan puasa Ramadhan. Video Jokowi berjalan kaki masuk dari gang ke gang di malam hari viral di media sosial. Sifat dan sikap Presiden Jokowi ini menggambarkan betapa besar perhatian Jokowi terhadap rakyatnya. Peristiwa malam itu bukan hanya terjadi sekali saja.
Video diunggah akun birgaldo_sinaga di instagram dan diberi judul JOKOWI DIAM2 MENYELINAP
Diam2 Presiden @jokowi menyelinap ke rumah rakyat… Moga2 mulut2 nyinyir yg ngomong tangan kanan ngasih tangan kiri gak boleh tahu teriak2 kencang juga ya…
Akun bernama tondok_coffee mengomentari video tersebut dengan apresiasi sangat besar : “Ini baru presiden”
akun @mdwiwati : Mbrebes mili aku 😅😅😅pak Jokowi smoga mbawa negeri ini kearah yg lebih baik.
Akun @bunda_mey :Semoga Bpk sehat selalu 🙏 maskernya dipake Pak ❤
Akun @muhammadaffan: sebuah keteladanan. Tak selayaknya kita berputus asa, justru kita wajib berdoa. Allah telah hadirkan sosok pemimpin teladan seperti sejarah merekam Umar bin Khattab dan kepemimpinan beliau dalam kisah inspiratif.
Video ini sudah beredar luas dan dibagi-bagi di media sosial mencapai 38.033 kali.
https://www.instagram.com/tv/B_mW4ttDCeL/?igshid=7squnh4iiujw&fbclid=IwAR0-Tz3Fl7UDoEcdtVDDtQKdTF2yet5I-Ak_oEhwJAHRVRncpVIS-n_vsEw

Langkah mulia Presiden Jokowi ditengah bulan puasa menghibur rakyat miskin masih saja ditanggapi sinis dan kritik oleh sebagian orang. Salah satunya Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Muhammad Shohibul Iman.

Presiden PKS M.Sohibul Iman menganggap apa yang dilakukan Jokowi tidak efektif membantu meringankan warga di tengah situasi wabah corona sekarang ini.
“Bagi saya, ini adalah cara2 yang tidak masuk akal. Tapi tidak demikian bagi Pak Jokowi, sepertinya sudah jadi pilihan politik. Itulah politik sangu,” kata Sohibul Iman lewat akun Twitternya, Minggu (12/3/2020).
“Rakyat dipuaskan dengan “sangu” langsung dari Presiden yang nilainya tidak seberapa dibanding dengan yang seharusnya mereka terima dari negara,” ujarnya lagi.
Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto, menyayangkan cara pembagian sembako yang dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi di Bogor pada Jumat malam 10 April 2020.
Menurut Rudy, harusnya Jokowi tidak membagikan sembako kepada masyarakat secara langsung. Sebagai pimpinan negara, kata dia, Jokowi bisa meminta bantuan kepala daerah dan menginstruksikan RT/RW dalam pendistribusian kepada warga langsung.
“Kalau melalui RT dan RW akan lebih tertib dan meminimalisir dobel penerima,” kata Rudy kepada Tempo melalui sambungan telepon, Ahad 12 April 2020.

Menanggapi kritik kepada Presiden Jokowi yang terus membagikan paket sembako di tengah wabah Covid-19, pengamat Sosial Dr Urbanisasi menilai apa yang dilakukan Presiden membagikan paket sembako langsung kepada rakyat adalah cara Presiden Jokowi secara pribadi menunjukkan keprihatinan dan empati kepada masyarakat yang tertekan ekonominya karena Covid-19.

“Beliau ingin mengurangi beban masyarakat,” ucap Urbanisasi. “Inilah wujud dari solidaritas sosial.”
Menurut Urbanisasi, kebiasaan Jokowi bersedekah secara pribadi dengan membagi-bagikan paket sembako bukan barang baru. Lebih jauh Urbanisasi menyatakan perhatian dan cinta Jokowi kepada rakyat miskin sudah menjadi wataknya sejak menjabat Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta.
Apa yang dilakukan Presiden Jokowi ini lanjut Urbanisasi mirip sosok pemimpin pada masa kekhalifahan Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu. Ketika itu terjadi musibah paceklik pada akhir tahun ke 18 H, tepatnya pada bulan Dzulhijjah, dan berlangsung selama 9 bulan.
Masyarakat sudah mulai kesulitan. Kekeringan melanda seluruh bumi Hijaz, dan orang-orang mulai merasakan sangat kelaparan. Tahun ini disebut juga tahun ramadah karena permukaan tanah menjadi hitam mengering akibat sedikitnya turun hujan, hingga warnanya sama dengan ramad (debu).
Pada saat itu daerah Hijaz benar-benar kering kerontang. Penduduk-penduduk pedesaan banyak yang mengungsi ke Madinah dan mereka tidak lagi memiliki bahan makanan sedikitpun. Mereka segera melaporkan nasib mereka kepada Amîrul Mukminîn Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu .
Umar Radhiyallahu ‘anhu cepat tanggap dan menindaklanjuti laporan ini. Dia segera membagi-bagikan makanan dan uang dari baitul mâl hingga gudang makanan dan baitul mâl kosong total.
Dia juga memaksakan dirinya untuk tidak makan lemak, susu maupun makanan yang dapat membuat gemuk hingga musim paceklik ini berlalu. Jika sebelumnya selalu dihidangkan roti dan lemak susu, maka pada masa ini ia hanya makan minyak dan cuka.
Dia hanya mengisap-isap minyak, dan tidak pernah kenyang dengan makanan tersebut. Hingga warna kulit Umar Radhiyallahu ‘anhu menjadi hitam dan tubuhnya kurus; dan dikhawatirkan dia akan jatuh sakit dan lemah. Kondisi ini berlangsung selama 9 bulan.
Setelah itu keadaan berubah kembali menjadi normal sebagaimana biasanya. Akhirnya para penduduk yang mengungsi tadi, bisa pulang kembali ke rumah mereka. Umar Radhiyallahu ‘anhu selalu mengontrol rakyatnya di Madinah pada masa peceklik ini.
Ketika kelaparan mencapai puncaknya Umar pernah disuguhi remukan roti yang dicampur samin. Umar memanggil seorang badui dan mengajaknya makan bersama.
Umar tidak menyuapkan makanan ke mulutnya sebelum badui itu melakukannya terlebih dahulu. Orang badui sepertinya sangat menikmati makanan itu. “Agaknya Anda tidak pernah merasakan lemak?” Tanya Umar.
Sementara mereka benar-benar dalam keadaan yang menyedihkan dan sangat memprihatinkan, sehingga mereka tidak lagi bisa berbincang-bincang ataupun tertawa.” Akhirnya Umar Radhiyallahu ‘anhu mengirim surat kepada Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu di Bashrah yang isinya: “Bantulah umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ! Mereka hampir binasa.”
Setelah itu ia juga mengirim surat yang sama kepada ‘Amru bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu di Mesir. Kedua gubernur ini mengirimkan bantuan ke Madinah dalam jumlah besar, terdiri dari makanan dan bahan pokok berupa gandum.
Bantuan ‘Amru Radhiyallahu ‘anhu dibawa melalui laut hingga sampai ke Jedah, kemudian dari sana baru di bawa ke Mekah. Abu Ubaidah Radhiyallahu ‘anhu pernah datang ke Madinah membawa 4000 hewan tunggangan yang dipenuhi makanan.
Sebagai bentuk kepedulian Umar Radhiyallahu ‘anhu terhadap nasib rakyatnya pada masa paceklik ini, ia keluar melakukan shalat istisqâ’ (shalat minta hujan). At-Thabarani rahimahullah meriwayatkan dari Tsumâmah bin Abdillâh bin Anas Radhiyallahu ‘anhu , dari Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Umar Radhiyallahu ‘anhu keluar untuk melaksanakan doa minta hujan.
Dia keluar bersama al-Abbâs Radhiyallahu ‘anhu, paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan memintanya berdoa minta turun hujan.
Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ya Allah Azza wa Jalla sesungguhnya apabila kami ditimpa kekeringan sewaktu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, maka kami meminta kepada-Mu melalui Nabi kami; dan sekarang kami meminta kepada-Mu melalui paman Nabi kami Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Salah satu tujuan ditegakkannya wilâyah (pemerintahan) adalah menyejahterakan rakyat.
Seorang waliyul amri bertugas menciptakan kesejahteraaan rakyat melalui kebijaksanaan yang diambilnya.
Dalam masalah ini peran waliyul amri sangat besar, tanggung jawab ini berada di pundaknya. Kelak ia akan ditanya tentangnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ كُلُكُمْ رَاع، وَكُلُكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالإِمَامُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Imam (waliyul amri) yang memerintah manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang rakyatnya.”
Jangan sampai ada seorang rakyatnya yang terlantar apalagi mati kelaparan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafâur Râsyidîn sebagai pemimpin telah memberikan teladan yang baik dalam menyejahterakan rakyat. (tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: