MONITORNUSANTARA.COM, Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajak semua pihak untuk terlibat dalam upaya dokumentasi kearifan lokal Indonesia yang telah dilakukan sejak dulu menghadapi potensi bencana di Tanah Air agar dapat diolah untuk menghasilkan kebijakan penanggulangan bencana.
“Sejak 2019, BNPB mencoba mengajak semua pihak dari Perpusnas, ANRI, ahli-ahli filolog, perguruan tinggi dan berbagai institusi. Karena ini sifatnya terbuka kita ingin mengajak semua pihak yang punya minat literasi sejarah kebencanaan, ayo kita kumpulkan,” kata Ahli Madya dari Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana BNPB M. Robi Amri pada diskusi virtual yang juga diikuti Antara di Jakarta, Jumat.
Berbicara dalam diskusi menyambut Forum Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) itu, dia mengatakan Indonesia memiliki banyak kearifan lokal masyarakat dan sejarah menghadapi bencana, seperti smong di Pulau Simeulue, Aceh yang merupakan kearifan lokal menghadapi potensi tsunami.
Meski terdapat beberapa catatan terkait kearifan lokal dan sejarah bencana, kata dia, tapi dokumentasi tersebut tersebar tidak hanya di seluruh penjuru Indonesia tapi juga di negara lain.
Tidak hanya itu, dokumentasi kearifan lokal terkait bencana juga terkadang sulit diakses oleh masyarakat luas sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan.
Ia memberikan contoh catatan sejarah terkait Indonesia yang berada di Universitas Leiden, Belanda.
Sejak pengumpulan dari 2019, BNPB telah berhasil mendapatkan dan mendokumentasikan sekitar 2.000 aset dan catatan sejarah masa lalu terkait kebencanaan.
“Data yang terhimpun ini dapat kita olah menjadi sebuah informasi yang secara bersama-sama dapat kita elaborasi dan dapat kita pilah sehingga ini bisa menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan yang dapat melandasi sebuah kebijakan,” demikian Robi Amri.***